Petani Keluhkan Harga Obat Tanaman
MAHAL: Petani memotong padi. Biaya bertani ini tidak murah, terutama obat padi.
CIKAMEPEK, RAKA – Petani di Kecamatan Cikampek keluhkan obat tanaman, harganya lebih mahal dibandingkan pupuk. Mereka meminta kepada pemerintah, agar harga obat tanaman bisa disubsidi seperti pupuk.
Ucup (65), petani Desa Kamojing mengatakan, untuk dua tahun ke belakang, ketersedian pupuk bersubdi di wilayah Kecamatan Cikampek terbatas. Bahkan sampai membeli pupuk ke luar kecamatan, tepatnya di Kosambi, Kecamatan Klari. “Kalau dua tahun ke belakang susah cari pupuk, tapi untuk tahun ini tidak susah,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Selasa (15/10).
Menurutnya, dari jenis pupuk subsudi yang dibelinya, harganya berbeda. Mulai dari harga Rp80 sampai Rp150 ribu per 50 kilogram. “Untuk harga pupuk bersubsidi masih terjangkau,” tuturnya.
Masih diaktakannya, namun berbeda dengan harga obat tanaman, harganya lebih mahal dibandingkan dengan pupuk bersubsidi. “Kalau untuk obat tanaman harganya mahal. Misalnya, obat tanaman merk pirtako harganya dua ratus ribu lebih per botol dengan ukuran 250 mili,” tuturnya.
Ia berharap, kepada pemerintah menurunkan harga obat tanaman, kalau bisa disamakan dengan harga pupuk subsidi, agar modal yang dikeluarkan untuk menggarap lahan pesawahan tidak terlalu besar. “Dari awal penggarapan lahan pesawahan sampai hasil panen, bisa mengeluarkan modal Rp3,5 sampai Rp5 juta per hektare,” harapnya.
Nurdin (62) petani Kamojing menambahkan, untuk harga pupuk bersudsidi masih terjangkau, karena lebih murah dibandingkan dengan obat tanaman. “Kalau kami sebagai petani meminta kepada pemerintah untuk menurunkan harga obat tanaman, kalau bisa harganya disamakan dengan pupuk bersubsidi, agar modal yang kami keluarkan untuk bercocok tanam tidak terlalu besar,” pungkasnya. (acu)