PURWAKARTA

Petani Kolang Kaling Kebanjiran Pesanan

PRODUKSI : Proses produksi kolang kaling oleh para petani kolang kaling. Di bulan Ramadan ini, petani kolang kaling kebanjiran order.

PURWAKARTA, RAKA – Bulan Ramadan rasanya tak bisa lepas dengan jajanan takjil seperti kolang kaling sebagai menu berbuka puasa. Tak heren permintaan buah dari pohon aren inipun meningkat jika dibandingkan pada hari biasanya. Kondisi itu tidak sedikit dimanfaatkan warga untuk beralih profesi menjadi petani kolang kaling.

Seperti yang dilakukan Sapei (47) warga Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Ia bersama dua teman Suhendar (27) dan Kohar (30) memilih menjadi petani kolang kaling jika dibandingkan menggeluti usaha lain. Sebab menjual kolang kaling pada bulan Ramadan lebih mudah dan keuntungan yang diperolehpun cukup menjanjikan. “Besar sih engga, cuma permintaan banyak jadi mudah cepat habis, tidak lama tersimpan di rumah,” kata Sapei.

Sapei bersama kedua temannya itu setiap hari mencari pohon aren untuk memproduksi kolang kaling. “Jadi kami beli buah aren milik warga, kemudian kami produksi menjadi kolang kaling, memang setiap hari pindah-pindah, ini lokasi ke empat,” ujarnya.

Dalam sehari, ia mengaku mampu memproduksi kolang kaling sedikitnya 30 kilogram, yang mereka jual Rp10.000 per kilogram. “Tidak tentu bagaimana banyak buah dalam satu tangkainya, yah 30 kilogram per hari ada kayanya,” kata Sapei.

Diketahui, kolang-kaling adalah daging buah aren yang berbentuk lonjong, berwarna putih bening, dan terasa kenyal saat dikunyah. Sebelum siap dimakan kolang kaling melewati beberapa tahapan yang tentunya memakan waktu cukup lama.

Menurut Safei, setelah buah aren diambil dari pohonnya kemudian satu persatu dilepas dari tangkainya. Kemudian direbus diair mendidih selama 3-5 jam sampai kulitnya berwarna kecoklatan mendandakan siap masuk ke tahap berikutnya. “Direbus tujuannya selain menghilangkan getah juga untuk memudahkan memisahkan kolang kaling dari kulitnya,” katanya.

Bila sudah dingin, kepala buah aren kemudian dipotong untuk memudahkan pemipihan. Sapei mengaku lebih memilih mengeluarkan kolang kaling dari kulitnya dengan cara dijepit menggunakan kayu atau bambu yang telah dimodifikasi. Satu buah aren dalam menghasilkan 3-4 biji kolang kaling. “Dijepit lebih mudah dan cepat jika dibandingkan dengan dibelah,” ujarnya.

Kolang-kaling kemudian direndam dalam air selama 1-2 hari untuk menghasilkan lebih sempurna. “Bukan untuk membersihkan saja, proses perendaman juga untuk menghasilkan ukuran kolang kaling lebih besar,” kata Sapei.

Sekretaris Desa Pasirmunjul, Dadan Supriyatna mengatakan, pohon aren cukup mudah ditemukan di Desa Pasirmunjul, hampir di setiap perkebunan di desa itu terdapat pohon aren, maka tak heran jika sebagian warga disana beralih profesi sementara waktu menjadi petani kolang kaling memanfaatkan hasil alam yang ada. “Pohon aren di desa kami memang banyak, bahkan dapat dikatakan penghasil kolang kaling terbesar di Purwakarta, apalagi masa panen buah sering kali bertepatan pada bulan Ramadan,” ujarnya. (gan)

Related Articles

Back to top button