PANEN : Petani Purwasari memanen padinya. Akibat Covid-19 harga gabah anjlok dan petani pun merugi. Mereka berharap pemerintah hadir untuk meningkatkan harga gabah.
PURWASARI, RAKA – Musim panen di Desa Sukasari, Kecamatan Purwasari di penghujung tahun 2020 menjadi nestapa bagi para petani setempat. Pasalnya di tengah kondisi serba sulit akibat pandemi, harga gabah turun dari harga normal.
Salah satu petani Suwandi (72) menuturkan, gabah pada panen kali ini hanya dihargai sekitar Rp420 ribu sampai Rp430 ribu per kuintal. Hal ini disebabkan turunnya kualitas gabah yang dipanen.
Suwandi mengatakan, turunnya kualitas panen tak lepas dari dampak kelangkaan pupuk urea bersubsidi beberapa bulan yang lalu. “Urea kan waktu itu susah, jadi waktunya memupuki itu telat,” ungkapnya, Minggu (1/11).
Petani lainnya Saepudin (57) mengaku, saat musim pemupukan kemarin ia kesulitan mencari pupuk urea. Adapun pupuk urea non-subsidi hargnya jauh lebih tinggi dan tak terjangkau.
Terpaksa ia memupuk sawahnya dengan pupuk seadanya. “Akhirnya dipupuki sedikit, misal biasanya 2 kuintal (pupuk), jadi 1 kuintal,” tutur petani yang akrab disapa Aep ini.
Selain kualitas gabah yang turun, kuantitas gabah pun ikut anjlok. Biasanya para petani bisa memanen hingga 8 ton padi dari 1 hektare areal sawah. Namun kali ini padi yang dipanen hanya sekitar 4 ton per hektarnya.
Aep mengatakan, turunya kuantitas panen akibat diserang hama. “Kedua obat (pembasmi hama) juga mahal, jadi kena sama hama wereng,” keluhnya.
Pemerintah sebetulnya telah lama mengeluarkan program kartu tani yang salah satu manfaatnya adalah para petani bisa mengkases pupuk bersubsidi. Namun nampaknya program ini belun berjalan efektif dan mendapati sejumlah kendala, misalnya kelangkaan pupuk bersubsidi serta belum meratanya distribusi kartu tani.
Aep sendiri mengaku selama ini belum memiliki kartu tani. “Gak ada informasinya,” jawabnya singkat saat ditanya alasan belum memiliki kartu tani. (din)
