Petani Rebutan Air
TEGALWARU, RAKA – Akibat lambatnya turun hujan petani di wilayah Kecamatan Tegalwaru dan Pangkalan berebut air. Tidak jarang diam-diam petani malam hari guna memantau pasokan air yang masuk ke sawah. “Kalau engga kita pantau air bisa terbuang percuma karena masing-masing petani pengen sawahnya teraliri air. Kadang kita sampai bersitegang karena membutuhkan pasokan air,” jelas Munir (43) petani Tegalwaru, Minggu (6/12).
Dirinya mengaku, curah hujan yang lambat membuat petani khawatir jika tanam padi bisa gagal. Sudah hampir dua minggu intensitas hujan tidak merata. Bahkan nyaris tidak tersebar. Sementara usia tanam padi sudah hampir 11 hari tanam. Sekitar 27 petani saat ini mengandalkan air curah saluran Cikumpeni. Namun, petani di wilayah hilir seperti Loji Kulon, Mariuk, Cilaksana dan petani Pasir Camay pun berharap pasokan air sungai yang sama.
Hal senada pun diakui Jaja (56) petani asal Cipeuteuy Tonggoh. Dia menjelaskan, petani hampir setiap malam mesti mengawasi saluran untuk dapatkan air. Terkadang buka tutup saluran air sering di lakukan petani agar dapat pasokan air. “Masing-masing mau mendapat giliran air duluan, itu yang membuat sering terjadi cekcok. Beruntung tidak sampai berkelahi,” akunya.
Menyinggung persoalan itu, Camat Tegalwaru melalui Sekcam H. Jumria mengaku hal itu ada di leading sektor pertanian. Saat di konfirmasi hal itu Kepala Balai Penyuluhan dan Pertanian Kecamatan Tegalwaru mengaku kesulitan karena intensitas hujan yang rendah, lalu pasokan air di sungai Cikumpeni pun tidak terlalu besar. Akhirnya , petani berebut air. (yfn)