PANEN : Petani Telagasari sudah menaikan gabah hasil panen ke mobil. Jelang PSBB, para petani khawatir harga gabah menurun. Musim panen sendiri akan berlangsung sampai bulan Juli mendatang.
PSBB Minta Dikaji Ulang
TELAGASARI, RAKA – Musim panen dibarengi dengan musim wabah Covid-19 menjadi kekhawariran sendiri bagi para petani. Mereka khawatir dampak Covid-19 ini berimbas kepada harga jual gabah yang mereka panen.
Petani Telagasari misalnya, Saepul, disaat padinya hendak dipanen, pemerintah Kabupaten Karawang berencana memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Ia khawatir keputusan pemerintah itu malah menyudutkan petani yang hendak memanen padinya. “Saya menolak pemberlakuan PSBB disaat petani panen raya, kecuali pemda Karawang mau membeli gabah petani dengan harga tinggi,” tegasnya.
Saepul memperkirakan, panen raya akan berjalan sampai dengan bulan Juli 2020 mendatang. Sebelum disahkan, ia pertanyakan, apakah pemberlakuan PSBB akan berdampak positif ataukah sebaliknya, yaitu malah berdampak negatif terhadap harga jual Gabah Kering Pungut (GKP)?
Sementara, saat panen serentak dilakukan di tiap kecamatan, dampaknya akan dirasakan terhadap harga jual padi. “Bagaimana tidak terdampak, jika semua panen, maka keberadaan padi banyak dimana-mana. Akhirnya jatuh harganya pun murah,” ujarnya.
Sementara menurut Abdulloh, petani Kecamatan Pedes, saat ini harga jual GKP di daerahnya tidak lebih dari Rp4000/kg. Maka dari itu, butuh penjelasan secara terperinci mengenai aturan PSBB ini kepada masyarakat agar semuanya mengerti. “Jelaskan dulu seperti apa teknisnya, jangan sampai keputusan pemerintah malah membuat masyarakat, khusunya petani kebingungan dan memiliki asumsi pribadi,” ucapnya.
Sebatas yang ia tahu, PSBB hanya membatasi wilayah-wilayah di tiap perbatasan kabupaten saja. Lalu bagaimana dengan para tengkulak yang beralasan menjual padinya ke luar daerah Karawang, otomatis terpentok aturan tersebut. Akhirnya, mereka beli padi petani dengan harga murah. (rok)
