Petugas Keamanan Unsika Lulus Jadi Sarjana Pendidikan Luar Sekolah
Pernah Jadi Sopir Bantuan Para Rektor

KARAWANG,RAKA- Mengenakan toga dan menggenggam erat map kelulusan, Awaludin (40) tak bisa menyembunyikan rasa haru dan syukurnya. Awalaudin adalah petugas keamanan Unsika lulus jadi sarjana Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Ia pernah jadi sopir bantuan para rektor Unsika.
Awaludin mengaku tidak mudah lulus menjadi sarjana. Ia harus mengatur jadwal kerja yang padat dan tanggung jawab keluarga yang tak ringan.
Baca Juga : Disdik Klaim Tidak Ada Sekolah yang Menjual LKS dan Seragam
“Bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Semoga dengan gelar ini bisa menjadi jalan menuju kesuksesan. Tantangan pasti ada, tapi selama kita bisa komunikasi dengan teman-teman dan dosen, semua bisa dihadapi,” ucap Awaludin dengan mata berkaca-kaca, saat diwawancarai, Minggu (27/7).
Awaludin adalah potret nyata semangat belajar sepanjang hayat. Di sela-sela tugasnya menjaga kampus, ia juga pernah menjadi sopir bantuan untuk para rektor Unsika , dari era Prof. Wahyudin, Plt Samsuri, Prof. Sri Mulyani, hingga kini di masa kepemimpinan Prof. Ade Maman. Bahkan ketika sopir ambulans berhalangan, Awaludin kerap turun tangan membawa mahasiswa atau karyawan yang butuh pertolongan darurat.
“Apa pun perintah pimpinan, selama saya sehat dan mampu, saya siap kerjakan. Karena saya ingin mengabdi untuk Unsika ,” ujarnya tulus.
Awaludin mengaku sempat menjalani pekerjaan tambahan sebagai driver ojek pangkalan demi menambah penghasilan. Namun, kesibukan itu tak pernah dijadikan alasan untuk melewatkan kuliah malam di kelas karyawan.
Baginya, kesempatan menempuh pendidikan tinggi adalah peluang emas yang tak datang dua kali. Ia termasuk salah satu dari sedikit karyawan Unsika yang memanfaatkan program kelas karyawan yang didukung langsung oleh pihak kampus. Program ini memberikan fleksibilitas waktu, dispensasi akademik, dan bantuan biaya sebuah bentuk nyata dari komitmen kampus terhadap pendidikan yang inklusif.
“Kalau soal tambahan gaji dari tugas-tugas tambahan ya disyukuri saja. Tapi prinsip saya, ini sudah bagian dari pengabdian,” tambahnya.
Tonton Juga : PRIYATNA ABDURRASYID, JAKSA PEMBERANI PEMBERANTAS KORUPSI
Rektor Unsika , Prof. Dr. H. Ade Maman Suherman, S.H., M.Sc., menyatakan bahwa program pendidikan bagi karyawan seperti Awaludin bukanlah formalitas semata.
“Dukungan ini mencakup bukan hanya beasiswa, tapi juga izin kuliah dan bimbingan akademik. Ini selaras dengan prinsip kesetaraan akses. Di Unsika, semua punya peluang untuk berkembang,” ujar Prof. Ade.
Ia menambahkan, ke depan kampus berencana memperluas cakupan beasiswa internal, agar makin banyak staf dan karyawan yang bisa melanjutkan ke jenjang S1, bahkan S2. “Bagi Unsika , pendidikan tinggi bukan hanya milik mahasiswa reguler, tetapi hak semua insan akademik,” ungkapnya.
Kini, setelah resmi menyandang gelar sarjana, Awaludin belum ingin berhenti. Ia berharap bisa melanjutkan ke jenjang S2. Bukan demi prestise, tapi karena ia percaya bahwa ilmu adalah bekal terbaik untuk kehidupan. “Kuncinya yakin, giat belajar, dan sabar hadapi setiap ujian. InsyaAllah saya lanjut,” katanya penuh harap.
Kisah Awaludin adalah cermin bahwa pengabdian, kerja keras, dan semangat belajar tak mengenal usia atau status. Dari lorong kampus yang biasa ia jaga, kini ia berjalan mantap ke arah masa depan yang lebih cerah dengan gelar sarjana di tangan dan mimpi yang terus menyala di hati. (uty)