KARAWANG, RAKA – Sampah sudah menjadi masalah bagi warga Karawang kota. Banyak upaya yang dilakukan oleh para pecinta lingkungan, seperti menggalang massa untuk mengambil sampah di tempat-tempat umum, mengirim surat protes kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), sampai menulis kalimat kasar di atas papan di tempat pembuangan sampah ilegal.
Ketua Perpustakaan Jalanan Keluarga Besar Naga Hitam Jaka Indriana bahkan menginginkan agar para petugas kebersihan bisa galak, ketika melihat ada orang yang membuang sampah sembarangan. “Kalau perlu marahi di depan orang banyak, supaya malu. Makanya, petugas kebersihannya harus galak,” ujarnya.
Ia optimis jika petugas kebersihan seperti itu, warga Karawang akan malu dan risih, lalu akhirnya memiliki kesadaran menjaga lingkungan. “Akan lebih malu jika diperingatkan petugas kebersihan ketimbang Satpol PP,” tuturnya.
Koordinator Pemungut Sampah Karawang Peduli Riki Maulana mengatakan, anggotanya tidak pernah bosan berkampanye pentingnya menjaga lingkungan. Setiap akhir pekan, mereka pun memilih memunguti sampah dibanding berleha-leha. “Alhamdulillah kita rutin setiap minggu, karena KP (Karangpawitan) ditutup, kita bersihkan halaman stadion,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang Wawan Setiawan mengatakan, setiap hari sampah yang dibuang masyarakat 920 ton. Sedangkan 400 ton diantaranya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Jalupang, Kecamatan Kotabaru.
Sementara 500 ton lagi teronggok di got-got dan saluran air serta pasar tradisional, dan sisanya 20 ton berserakan di lingkungan pemukiman. Bahkan sudah bisa diperkirakan, dari sampah yang dihasilkan tersebut jika dirata-ratakan jumlah masyarakatnya, bisa mencapai kisaran 20 ton sehari sampah yang diproduksi masyarakat. “Sebanyak 20 ton sampah merupakan sampah rumah tangga, 500 ton lainnya tersebar di got-got pasar tradisional. dan hanya 400 ton yang bisa terangkut ke Jalupang,” ucap Wawan. (apk)
