Uncategorized

Polemik Petani-JSP tak Kunjung Tuntas

POLEMIK: Normalisasi yang sempat dihentikan karena sebagian petani ada yang tidak setuju.

CILAMAYA WETAN, RAKA- Saluran pembuang di area pesawahan Desa Muara, Kecamatan Cilamaya Wetan sempat menjadi polemik. Bahkan sampai saat ini, polemik itu belum kunjung usai bagi kedua belah pihak, antara petani dan pihak mega proyek Jawa Satu Power (JSP).

Polemik ini muncul akibat petani penggarap terlalu lama dan terlanjur merasa nyaman menggunakan saluran pembuang yang berada di lahan Pertamina. Akibatnya, saat proyek besar JSP mulai digarap dan memanfaatkan lahan Pertamina itu, khususnya saluran pembuang untuk digunakan sebagai akses jalan, para petani penggarap seolah kaget dan menganggap bahwa lahan saluran itu berada di lahan mereka. “Di situ lah yang membuat petani penggarap merasa geram, padahal petani penggarap sendiri pun tidak tahu asal-usul lahan tersebut hingga menyebabkan polemik,” ujar Ketua Gapoktan Sri Mulya 1 Saji, kepada Radar Karawang, Kamis (12/3).

Pengerukan untuk normalisasi saluran pembuang dengan alat berat pun terpaksa disetop. Karena ada petani yang tak setuju sawahnya dijadikan saluran pembuang. Dalam hal ini, polemik tidak akan selesai selama dihadapkan dengan petani penggarap. Untuk itu, para petani pemilik lahan harus kembali diundang untuk diadakan pertemuan kembali dengan pihak JSP.

Sebelumnya, sempat diadakan beberapa pertemuan yang ditengahi pemerintah Desa Muara, di dalamnya ada beberapa petani yang mengakui dan menghibahkan lahan sawahnya untuk dijadikan saluran air. Namun, di sisi lain ada juga petani yang ingin dibebaskan, dengan meminta ganti rugi.

Kepala Desa Muara Iyos Rosita mengatakan, dalam pertemuan sebelumnya sudah ada kesepakatan antara pihak JSP dengan para petani. Sekalipun tidak dibebaskan, ada dana hibah dari JSP untuk para petani. Dan saat ini, petani sedang menunggu proses usulan yang sebelumnya dijanjikan itu. “Saat itu lagi proses pengusulan. Sampai kapan prosesnya?” tanya kades.

Menanggapi hal itu, Ekternal Affair Manager JSP Tig Julianto menyebutkan, saluran pembuang itu memang berada di lahan Pertamina yang saat ini digunakan akses jalan proyek JSP. Untuk itu, pihaknya berinisiaitif lakukan pengerukan atau normalisi untuk memperlebar saluran pembuang menggunakan alat berat, agar memudahkan petani dalam proses tanam padi. Sekaligus mengganti saluran pembuang yang tertutup jalan. Hanya saja fakta di lapangan berbeda, para petani menganggap jika saluran itu berada di lahan mereka. Maka tak heran jika saat ini terjadi polemik. “Ya mudah-mudahan bisa kita selesaikan secepatnya,” tutupnya. (rok)

Related Articles

Back to top button