PURWAKARTA

Politik Identitas Bisa Pecah Belah Bangsa

PURWAKARTA, RAKA – Pemungutan suara pemilu 2019 semakin dekat, kondisi politik pun semakin panas. Salah satu kondisi politik yang berkembang adalah politik identitas yang mendasari adanya kesamaan latar belakang, golongan dan yang lainnya.

Sekretaris Jendral Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta, Septio Ali Reza mengatakan, politik identitas ada pada setiap manusia, begitu pula politik yang mengalir dalam kehidupan bermasyarakat, maka ada yang dinamakan dengan politik identitas, dan penting untuk mengetahuinya, karena berhubungan dengan situasi politik hari-hari ini. “Identitas pada hakekatnya adalah cerminan diri sendiri yang menjadi pembeda antara satu orang dengan yang lainnya. Sedangkan identitas nasional adalah karakter yang menjadi jati diri sebuah bangsa, beserta pemahaman kehidupan bernegara dan pengetahuan yang ada di dalamnya,” paparnya.

Ia juga mengatakan, politik identitas bisa menjadi baik dan bisa juga menjadi buruk, tergantung bagaimana pengaruh utama dari aktor politik yang terlibat. Politik identitas juga merupakan suatu perasaan yang menjadi basis utama perekat kolektivitas kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. “Politik identitas dalam momen pemilu saat ini dipakai oleh aktor politik sebagai alat untuk mecapai kekuasaan atau kepentingan tertentu sehingga menjadi komuditi di pasar kekuasaan,” paparnya.

Jika politik identitas ini, lanjut dia, dipakai sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan dengan menjatuhkan lawan dan saling serang sangatlah tidak baik dan ini menjadikan perjalanan demokrasi bangsa buruk. “Harusnya mereka para pendukung lebih kepada memperkenalkan visi-misi dari setiap calon yang didukungnya. Jangan sampai Negara yang besar ini terpecah hanya menjadi dua kelompok, misalkan cebong dan kampret,” jelasnya.

Istilah itu, tambahnya, sering muncul dalam media sosial bahkan sudah masuk di dalam kehidupan serhari-hari untuk saling menghina satu sama lain. Yang kemudian menjadi masalah adalah ketika perbedaan-perbedaan ini dijadikan sumbu untuk konflik yang lebih besar lagi dampaknya. “Itu yang harus kita hindari,” runutnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, di era digital saat ini, masyarakat mudah mengakses informasi dari media-media online. Karena sekarang mengalami perkembangan dan kemajuannya yang amat sangat pesat. Dalam keseharian, masyarakat dapat melihat serta membaca berita yang mungkin isi dari informasi itu bernada provokasi, serta informasi yang sumber kejelasannya tidak ada. “Hal tersebut akan mengakibatkan kesesatan yang dapat merugikan,” tambanya.

Perbedaan pendapat dan pandangan mengakibatkan perdebatan yang sengit di sosial media. Ini dapat mengakibatan terbagi menjadi 2 kelompok antara yang pro dan kontra yang melahirkan identitas suatu golongan akibat dari perdebatan yang panjang. “Masyarakat harus cerdas dalam membaca dan melihat isi informasi tersebut,” pungkasnya. (ris)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button