HEADLINEKARAWANG

Pornografi Rusak Lima Bagian Otak

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan (UBP), Cempaka Putrie Dimala

KARAWANG, RAKA – Dekan Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan (UBP) Cempaka Putrie Dimala MPsi, menjelaskan kecanduan pornografi bisa disebabkan pergaulan remaja tanpa adanya batasan, sehingga satu sama lain mencontoh perilaku negatif yang dilakukan oleh temannya. Hal tersebut berkembang begitu saja di kalangan remaja, lingkungan eksternal sangat berpengaruh karena masa remaja adalah masa mencari eksistensi diri. “Pencarian itulah yang kemudian dia mulai berpetualang, mencoba hal yang menurut dia sesuai dengan lingkungan dan zamannya,” terangnya kepada Radar Karawang, Senin (22/6).

Saat remaja mulai kecanduan pornografi, efek pertama yang didapat adalah adanya kemampuan mengontrol diri yang rendah akan hasrat seksualnya. Saat ada stimulus yang berbau seksual, remaja tersebut mudah terpancing. Bahkan jika ada kesempatan tanpa berpikir panjang akan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Kondisi ini jika semakin parah dapat merusak otak. “Beberapa penelitian menyebutkan kecanduan pornografi memiliki dampak serius, karena dapat merusak lima bagian otak,” tuturnya.

Ia melanjutkan, kerusakan otak ini terutama pada bagian prefrontal cortex yang akibatnya otak akan menerima stimulus berlebihan tanpa adanya penyaringan. Remaja tersebut akan mudah melakukan hal-hal tertentu untuk melampiaskan hasrat seksual. “Kalau kerusakan otak akibat pornografi itu mengakibatkan ia sering merasa sendiri, marah, tertekan, mentalnya juga terdampak,” jelasnya.

Pada dasarnya masa remaja memang tengah mengalami hasrat seksual yang tinggi, bahkan dalam teori psikoseksual disebutkan masa remaja adalah masa eksplorasi genetal. Sebab itulah tumbul rasa menyukai lawan jenis. “Namun bagaimana dia mengarahkan dorongan hasratnya tersebut dipengaruhi lingkungannya,” tuturnya.
Pihak otoritas seperti orang tua dan guru kata Cempaka, juga memiliki pengaruh. Dan apabila kurang berperan baik untuk mengarahkan, maka kemungkinan besar terjadi hal negatif pada remaja.

Terkadang pembicaraan antara orang tua dengan anak mengenai seksual dianggap tabu, stigma ini akhirnya memaksa remaja mencari tahu hal tersebut di luar lingkungan keluarganya. Orang tua kerap merasa ragu masa yang tepat untuk memberikan edukasi seksual kepada anak, di satu sisi sang anak malu untuk bertanya. Sayangnya, informasi di luar banyak yang menjerumuskan mereka, sehingga perilaku seks bebas semakin banyak.

Hal yang penting perlu disampaikan orang tua kepada anak sesuai dengan kemampuan sang anak untuk menangkap informasi. Edukasi seksual sendiri cenderung kepada pencegahan dengan menyampaikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. “Seks bebas itu sangat merugikan masa sekarang dan masa depan, alangkah baiknya pemahaman mengenai edukasi seksual itu perlu diperhatikan oleh para remaja, mengingat dampaknya sangat besat bagi kehidupannya,” pesannya.

Sementara itu, Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang dr Konni Kurniasih mengatakan, perilaku seksual terlalu dini pada remaja akan berdampak buruk karena alat reproduksi yang belum siap. Selain itu, seks bebas juga bisa menimbulkan penyakit menular seksual seperti gonore, sipilis, HPV (human papiloma virus) yang menyebabkan kanker pada perempuan. “Belum waktunya sudah ingin melakukan seks, libidonya meningkat, melihat seuatu yang belum saatnya seperti gambar porno meningkatkan hasrat seksualnya, sementara secara finansial mereka belum mandiri dan alat reproduksi juga belum siap,” paparnya.

Ia melanjutkan, masa remaja yang sudah puber memang sewaktu-waktu mesti dikeluarkan sel spermanya, sebab itulah wajar jika mereka mimpi basah. Namun masturbasi atau onani karena menonton konten porno menjadi masalah, karena bisa menyebabkan ketagihan sehingga mengganggu aktivitas lain. “Kalau terlalu sering juga gak nyaman lah ya, belum diisi (sel sperma) sudah dikeluarin lagi. Sesuatu yang dipaksakan gak bagus kan,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button