GERBANG SEKOLAH

Praktik Pemulasaran Jenazah

TEMPURAN, RAKA – Tidak semua orang mampu mengurus jenazah sesuai syariat Islam. Berbicara teori saja, belum cukup untuk memahami tuntas tata cara pemulasaraan jenazah, mulai dari adab memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga mengebumikannya. Namun, hal itu dikupas tuntas siswa SMK Taruna Karya Mandiri (TKM) Kecamatan Tempuran, Rabu (6/2). Para siswa yang dibimbing guru agama, diberikan materi, praktik tata cara pemulasaraan jenazah dengan peralatan dan pemahaman lengkap di sekolah.

Maya, siswi kelas X mengatakan, melihat jenazah acapkali diidentikan dengan hal-hal yang angker, utamanya bagi perempuan. Jadi, jangankan mempraktikan, melihat jenazah saat dimandikan, dikafani bahkan disolatkan juga jarang baginya. Karena di lingkungan masyarakat juga perempuan biasa cukup melihat saja. Tapi, pemulasaraan jenazah ini dipraktikan langsung di sekolah bersama teman-teman sekolah. Satu persatu, saat guru menjelaskan setiap syarat dan rukunnya langsung dilakukan dengan model dari siswa itu sendiri, berapa kain yang harus dibungkus, bagaimana cara memandikannya, menyolatkan dan lainnya. Sehingga dengan praktik ini wawasan soal pemulasaraan jenazah sangat dipahami dan mampu diserap optimal. Tentu saja dengan bacaan khusus dan niatnya, membedakan mana bacaan untuk lafal niat memandikan mayat laki-laki atau mayat perempuan. “Pokoknya yang angker jadi dibawa happy, tambah pengetahuan pemulasaraan jenazah,” katanya.

Lili Suhili, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMK Taruna Karya Mandiri mengatakan, memberikan pemahaman agama kepada peserta didik tidak boleh setengah-setengah, apalagi ini urusannya fiqh yang hukumnya wajib, baik fardhu ain atau juga fardhu kifayah. Selama ini, dalam bab pemulasaraan jenazah, anak-anak di kampung hanya menunggu saja mayor dikafani untuk kemudian disolatkan. Tapi, kita arahkan anak mengetahui, cara sebelum mayit tersebut dikuburkan, tentunya dengan adab-adab fiqh berdasarkan pendapat para ulama masyhur, mulai dari pelafalan niat memandikan jenazah, adab dan cara memandikannya. Kemudian mengkafani dengan kain sesuai syariat, hingga menyolatkannya. Butuh waktu sebut Lili, sekitar dua jam secara bergilir bagi anak-anak memahami tuntas tata cara ini dengan praktik, walaupun dengan berkelompok. Karenanya, dia berharap dengan praktik langsung di setiap materi fiqh, para siswa yang walaupun berbasis SMK, tetap bisa kafah memahami fiqh yang merupakan adab dan pedoman beragama sehari-hari. “Mengajarkan fiqh itu ya harus tuntas, gak cukup dengan teori. Tapi kita fasilitasi praktiknya langsung,” katanya. (rud)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button