Produk Sukasari Bisa Mendunia
-Andalkan Kopi dan Kopiah
PURWAKARTA, RAKA – Kabupaten Purwakarta memiliki banyak macam produk unggulan yang siap merambah pasar dunia. Produk tersebut kopi dan kopiah dari bahan pohon pisang. Keduanya merupakan produk asal Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.
Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Purwakarta Mokhamad Aripin mengatakan, di Kabupaten Purwakarta ada segudang produk yang siap dipasarkan luar negeri, seperti kopi dan kopiah dari pohon pisang.
“Beberapa waktu lalu kami coba pasarkan kedua produk asal Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta itu ke Malaysia melalu Kedutaan Besar Malaysia yang ditemui di salah satu cafe di Bandung,” ucap pria yang akrab siap Ipin itu, Senin (13/3).
Dia menjelaskan, kopi produk asli hasil perkebunan masyarakat Desa Sukasari dan Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta itu bisa diandalkan. “Kopi jenis robusta ini memiliki rasa sangat khas, yaitu enak, wangi, sedikit pahit, namun muncul rasa manis serta sedikit asam,” ujarnya.
Rasa tersebut, kata dia, tak dijumpai di lain daerah, karena di masing-masing daerah kopi memiliki rasa yang berbeda atau memiliki rasa khas masing-masing.
“Kopi indung ini sebenarnya sudah sejak lama ada dan ditanam oleh warga setempat. Namun mulai dikembangkan secara serius oleh petani sejak tanaman kopi mulai naik daun baru-baru ini,” katanya.
Ipin menyebut, kopi akan jauh lebih nikmat jika diolah dengan cara yang benar, yakni saat kopi disangrai harus pas dan tidak boleh terlalu matang. Kemudian disaring menggunakan filter metode maupun drip metode, kemantapan kopi akan lebih dijamin terasa nikmat.
“Meski kopi lokal asal kecamatan paling ujung di Kabupaten Purwakarta namun dilihat dari sisi kualitasnya luar biasa. Saya yakin kopi indung asli Kecamatan Sukasari akan mampu bersaing dengan kopi daerah lain dan siap mendunia,” imbuhnya.
Untuk kopiah atau songkok dari bahan pisang, ia menjelaskan, pelepah pisang yang digunakannya tidak asal pilih, melainkan pohon yang dinilai bagus dan kokoh.
“Setelah terbentuk lembaran gedebok pisang siap produksi, barulah proses pengerjaan dilakukan layaknya mengerjakan songkok atau kopiah pada umumnya. Pelepah digunting sesuai pola lalu dijahit dan dilem pada bagian tertentu,” katanya.
Ditahap akhir, lanjut dia, kopiah dilapisi cat khusus agar lebih awet sekaligus menarik karena tetap menampilkan serat dan warna asli pelepah pisang saat kering, yakni coklat keemasan.
Ipin mengaku dalam pembuatan songkok diperlukan kehati-hatian agar tidak patah. Menurutnya, meskipun dari pelepah pisang tetapi tetap lentur seperti pada umumnya saat dikenakan.
“Songkok hanya diproduksi secara temporal atau waktu tertentu karena tidak mau menimbun debok dalam waktu lama. Jadi kalau menerima pesanan dan untuk kebutuhan tertentu. Tidak ada batasan jumlah pesanan, berapa pun kami terima asalkan mau menunggu dan hanya bisa request ukuran,” jelas Ipin.
Ia berharap, kedua produk tersebut bisa dipasarkan ke pasar internasional sehingga bisa membangkitkan ekonomi masyarakat di Kecamatan Sukasari. “Kami harap melalui pengenalan kedua produk kepada perwakilan kedutaan besar Malaysia ini bisa menjadikan produk asal Kecamatan Sukasari mendunia,” harapnya. (gan)