Purwakarta

Produksi Gerabah Terganggu Cuaca

PURWAKARTA, RAKA – Intensitas curah hujan yang cukup tinggi belakangan sangat dirasakan para pelaku usaha gerabah keramik Plered. Kondisi ini berdampak pada jumlah hasil produksi kerajinan tangan berbahan dasar tanah liat tersebut.
Hal itu diakui salah seorang pelaku usaha keramik Plered, Asep Supriatna, saat ditemui di tempat produksinya yang berlokasi di Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Rabu (22/12). “Produksi berkurang, pembeli juga belakangan berkurang karena hujan malas keluar rumah,” katanya.

Selain permintaan berkurang, produksi keramik juga sedikit terhambat, terutama dalam proses pengeringan yang memakan waktu lebih dibandingkan musim kemarau. “Proses pengeringan tidak dijemur di bawah matahari, melainkan disimpan di atas rak. Kalau musim kemarau tiga hari sudah siap bakar, kalau sekarang (musim hujan) kadang satu minggu juga belum kering,” kata Asep.

Ia mengaku tetap produksi untuk memenuhi pelanggan di luar kota setelah sebelumnya melakukan kontrak kirim keramik jenis pot berbagai ukuran. “Kalau produksi masih, cuman itu tadi prosesnya terhambat yang berdampak pada penurunan omset,” ujar dia.

Dalam satu kali pembakaran bisa mencapai 100 set pot bunga dengan memakan waktu 18 jam. Pembakaran tidak bisa dipercepat karena jika tidak maksimal akan berdampak pada hasil keramik. “Pembakaran memang harus maksimal,” ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan Edi (35), perajin gerabah lainnya. Menurutnya, curah hujan yang cukup tinggi belakangan sangat berpengaruh terhadap produktifitas. Sebab selain bahan baku bermutu, faktor cuaca juga jadi penentu bagusnya kualitas gerabah keramik.

Salah satu penghambatnya yaitu lamanya pengeringan untuk memproduksi keramik. Sebab kata dia, rata-rata para perajin di wilayahnya masih mengandalkan panasnya terik matahari untuk mengeringkan gerabah mentah. “Biasanya kalau ada matahari paling satu sampai dua hari bisa kering, namun sekarang sampai satu minggu,” ujarnya.

Imbasnya, jumlah produksi barang untuk dikiriman ke pemesan menjadi terhambat. Upaya pun dilakukan untuk mempercepat pengeringan. Meski begitu dia menyiasatnya dengan menyimpan di rak-rak bambu disimpan di atas tungku pembakaran. “Meski kurang efektif, namun hal itu bisa jadi alternatif agar pemesan tak menunggu lama,” imbuhnya. (gan)

Related Articles

Back to top button