Puluhan Santri Diwisuda

WISUDA : Santri Al-Muhajirin Purwakarta tengah diwisuda.
PURWAKARTA, RAKA – Madrasah Aliyah (MA) Al-Muhajirin Purwakarta mewisuda puluhan santrinya yang dinyatakan lulus kajian kitab Waroqot dan Nadhom Imrity, di Aula Ummi Al-Muhajirin Kampus Pusat, Ciseureuh, Kabupaten Purwakarta.
Prosesi wisuda kitab Waroqot dan Nadhom Imrity tersebut dihadiri langsung Kepala Sekolah MA Al-Muhajirin KH Rd Marpu Muhidin Ilyas beserta para kepala sekolah SMP/MTs yang berada di Yayasan Al-Muhajirin. “Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap siswa MAK yang telah mengikuti kajian kitab waroqot hingga khatam,” ujar KH Marpu, Senin (15/2).
Acara wisuda tersebut juga, sambungnya, sebagai apresiasi terhadap siswa MAK akselerasi takhosus kitab putri yang telah menghafalkan Nadhom Imrity. “Selain sebagai bentuk apresiasi, wisuda ini digelar untuk memotivasi siswa SMP/MTs sederajat yang hendak melanjutkan ke jenjang SMA/MA sederajat,” kata KH Marpu menambahkan.
Dijelaskannya, SMA-MA Al-Muhajirin menjadi salah satu unit Yayasan Al-Muhajirin yang bertempat di kampus pusat Al-Muhajirin, dengan visi “Menjadi Madrasah Kader Ulama Terbaik Di Purwakarta”. “Kitab Waroqot itu sendiri adalah sebuah kitab kuning yang menjelaskan bagaimana proses perjalanan masalah-masalah fiqh dijatuhkan hukum. Perlu adanya penalaran logika serta konsentrasi yang penuh dalam mengikuti kajian kitab waroqot,” kata KH Marpu.
Adapun Nadhom Imrithi yang berjumlah 254 bait, lanjutnya, merupakan syair-syair yang menjelaskan kaidah ilmu nahwu karangan Syekh Ibrohim Bajuri. “Pada wisuda ini, MA Al-Muhajirin mewisuda kelas 5 MAK sejumlah 35 orang, kelas 6 MAK sejumlah 34 orang, dan santri takhosus kitab putri sejumlah 10 orang,” ujarnya.
Bagi MA Al-Muhajirin, penyelenggaraan acara wisuda kitab Waroqot dan Nadhom Imrity adalah sebuah capaian lembaga pendidikan islam. “Mendidik dan “mengkader ulama” bukanlah hal yang mudah,” katanya.
Terpisah, Pimpinan Ponpes Al-Muhajirin DR KH Abun Bunyamin MA menyebutkan, amanah yang paling berat adalah mendidik. “Mendidik seseorang yang tidak tahu menjadi paham dan melek terhadap agamanya,” pungkasnya. (gan)