1.336 Kasus Stunting di 22 Desa
KARAWANG, RAKA – Tahun ini data termutakhir stunting di Karawang sebanyak 1.336 kasus. Jumlah itu tersebar di 22 desa dari 13 kecamatan. Sejak awal tahun ada lima desa yang menjadi lokasi fokus Dinas Kesehatan, untuk mengatasi kasus stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Karawang dr. Endang Suryadi mengatakan, lima desa yang menjadi lokasi fokus (lokus) permodelan penanganan stunting tersebut berdasarkan hasil rapat, pertemuan dan analisa data. Dia menyebut penanganan stunting di lima desa itu menggunakan pendekatan pentahelix.
“Rencana lima desa ini dikeroyok semua dengan pendekatan pentahelix, berarti pemerintah, swasta, media, LSM, dan pendidikan,” katanya saat ditanya usai kegiatan ngobrol bareng santai (ngobras) dengan bupati dan wakil bupati di Sekretariat Kampung KB Lembayung Senja, Jayakerta, Jumat (22/7).
Endang mengaku, lima desa yang dijadikan lokus penanganan stunting ini, bukan berarti mengenyampingkan 17 desa lainnya. Tapi di 17 desa itu akan ditangani oleh puskesmas, karena setiap kecamatan itu memiliki puskesmas. Menurut Endang, strategi penanganan stunting dibagi menjadi dua yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik itu bagian dari tugas Dinas Kesehatan seperti pemberian vitamin A, PMT (Pemberian Tambahan Makanan), tablet tambah darah, ANC (anteatal care) dan penimbangan balita. “Kalau kekurangan masalah MCK, rumahnya kumuh itu bagian rutilahu (PUPR), terus misalnya ekonomi keluarganya pas-pasan atau kurang itu bagian Dinsos, Bapeda dan sebagainya. Jadi ada bagian Dinkes dan non Dinkes,” imbuhnya.
Lebih lanjut Endang menyebut, lima desa yang menjadi lokus penanganan stunting yaitu Desa Gintungkerta, Mulyasari, Karyasari, Kutagandok dan Kelurahan Karangpawitan. Endang menyebut jumlah kasus stunting di Karawang mencapai 1.336 kasus. “Kasus stunting terbanyak di lima desa itu, makanya yang terbanyak itu dikejar,” jelasnya.
Endang meminta kasus stunting ini harus ditangani secara bersama-sama, artinya tidak hanya mengandalkan Dinas Kesehatan saja. Karena penanganan stunting ini harus menggunakan strategi intervensi spesifik dan intervensi sensitif. “Harus berkolaborasi dengan lintas sektoral, karena menurut teori sekuat-kuatnya Dinas Kesehatan menangani stunting cuma 30 keberhasilannya,” pungkasnya.
Kasubag Puskesmas Karawang Gita Puspita menyebut, ditetapkannya sebagai desa lokus stunting, pihak puskesmas melakukan kerjasama dengan kelurahan, lintas sektor, masyarakat, dan instansi pendidikan. “Targetnya di tahun 2024 itu sudah new zero stunting, jadi tidak ada lagi kasus baru,” katanya saat ditemui di Puskesmas Karawang.
Berbagai cara dilakukan Puskesmas Karawang untuk memutus atau menurunkan kasus stunting di wilayah kerjanya. Seperti pembentukan tim yang melibatkan banyak pihak untuk pencegahan, dan penurunan stunting di Kelurahan Karangpawitan. Gita menyebut data awal jumlah balita stunting di Kelurahan Karangpawitan itu ada 144 orang. “Data awal itu kita ambil dari hasil validasi atau verifikasi pada bulan penimbangan (PBB) di bulan Februari 2022,” imbuhnya.
Lebih lanjut kata Gita, terdapat sejumlah rencana yang sudah dan masih berjalan guna memutus kasus stunting di Karangpawitan. Yaitu, membentuk pos gizi terintegrasi Graha Puspita di Posyandu Nusa Indah XII. Di pos gizi terintegrasi itu terdapat banyak kegiatan, misalnya penyuluhan, edukasi kesehatan, hingga demo masak. Masih kata Gita, yang menjadi sasaran dari kegiatan di pos gizi terintegrasi yaitu balita stunting 15 orang, ibu hamil yang beresiko atau KEK (kekurangan gizi kronis) 5 orang, dan remaja putri yang anemia 5 orang. “Kegiatan di pos gizi ini dilaksanakan setiap bulan minggu keempat, selama lima hari berturut-turut,” imbuhnya.
Lanjut Gita, penyebab stunting itu karena kekurangan nutrisi jangka panjang. Dan kasus stunting itu tidak hanya saat balita itu lahir, tapi penyebab kasus stunting juga bisa terjadi sejak ibu mengandung atau hamil. Maka dari itu sebagai upaya pencegahan, puskesmas melibatkan ibu hamil dan remaja dalam kegiatan di pos gizi terintegritas. “Yang paling penting semua harus mendukung untuk penurunan dan pencegahan stunting ini,” pungkasnya. (mra)