Bahaya Penyakit Usus Buntu
PURWAKARTA, RAKA – Penyakit usus buntu adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik (umbai cacing) dan merupakan salah satu kasus akut abdomen (kegawatan pada perut). “Yang paling sering ditemui, usus buntu merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hyperplasia (meningkatnya jumlah sel) jaringan limfe, fekalit (feses yang keras) tumor apendiks dan juga cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Di kalangan masyarakat dikenal dengan penyakit usus buntu,” ujar Riston Regor S, salah satu Dokter Umum di RS.MH.Thamrin Purwakarta, kepada Radar Karawang, Jumat (22/3).
Ia mengatakan, penyebab usus buntu sepenuhnya belum dimengerti, pada kebanyakan kasus peradangan dan infeksi usus buntu didahului adanya penyumbatan dalam usus buntu, dan bila berlanjut usus buntu dapat pecah dan mengakibatkan masuknya kuman ke dalam perut (peritonitis) bahkan mengakibatkan kematian. “Sebab dapat terbentuknya abses atau sekumpulan nanah yang terkumpul dalam satu sisi, sedangkan pada wanita menyebabkan infeksi pada indung telur dan salurannya yang menyebabkan kemaandulan. Lalu masuknya kuman ke dalam pembuluh darah dan juga berakibat fatal,” ujarnya.
Dokter Riston Regor mengatakan, usus buntu sendiri mungkin memiliki bebarapa fungsi untuk pertahanan tubah tapi juga bukan merupakan organ yang penting, usus buntu sendiri berbentuk seperti jari dan terletak di usus besar tepatnya perbatasan dengan usus halus. Rata-rata usia yang mengalami usus buntu antara 10-30 tahun. “Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah,” ujarnya.
Usus buntu sering menimbulkan gejala-gejala yang khas diantaranya, nyeri perut bawah sebelah kanan atau sekitar pusar secara tiba-tiba, timbul gejala mual-mual disertai muntah dan perut terasa kembung, timbul rasa tidak nafsu makan, demam bisa mencapai 37,8-38.8 derajat celsius, terjadi perubahan kepadatan feses (konstipasi) keras sampai lunak/cair (diare). “Bila keluhan-keluhan di atas dirasakan, datanglah ke dokter atau ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan pemeriksaan seperti cek darah lengkap, urine rutin maupun USG perut, walaupun diagnosis tepat didapatkan dengan pemeriksaaan fisik dan gejalanya,” katanya.
Meski begitu, Dokter Riston menjelaskan, ada hal–hal yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya usus buntu di antaranya memperbanyak minum air putih minimal 8 gelas sehari, makan-makanan yang kaya serat seperti buah-buahan dan sayur sayuran, hindari sering kali mendapatkan keluhan susah buang air besar yang berkepanjangan, segera konsultasikan dengan dokter serta ambilah waktu istrahat yang cukup. “Pengobatan terbaik saat ini untuk usus buntu sendiri adalah dengan melakukan pembedahan untuk menghindari terbentuknya abses, peradangan dan infeksi pada selaput rongga perut, pembedahan yang segera dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada usus buntu sedangkan usus buntu yang pecah sering kali berakibat fatal,” pungkasnya. (gan)