PURWAKARTA

Kiai Abun Protes Kamus Sejarah Indonesia

PROTES: Rais Suriah PCNU Kabupaten Purwakarta KH Abun Bunyamin.

PURWAKARTA, RAKA – Rais Suriah Pengurus Cabang NU Kabupaten Purwakarta yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abun Bunyamin menyesalkan hilangnya nama dan peran KH Hasyim Asy’ari pada Kamus Sejarah Indonesia.
“Indonesia ini besar dan bahkan bisa merdeka karena sejarah. Di mana sejarah ini terdiri dari para pahlawan. Dan merekalah yang paling berperan,” kata Kiai Abun saat dihubungi melalui telepon selulernya.

Kiai Abun menjelaskan, salah satu yang paling berjasa, bahkan sampai mengisi kemerdekaan adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. “Mengapa nama beliau tidak ada. Apakah ini keteledoran atau kesengajaan?” ucapnya.

Bila saja ini suatu kesengajaan, kata dia, maka sangat keterlaluan. “Ini harus ada perhatian serius dari Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran di masa yang akan datang. Karena kalau tidak, hal seperti ini bisa terulang kembali,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya yang juga merupakan keturunan kelima dari KH Hasyim Asy’ari menyampaikan pandangannya. “Yang saya rasakan ada semacam perasaan terpukul, karena bagaimana pun juga Mbah Hasyim itu adalah panutan di keluarga kami. Bahkan menjadi panutan di kalangan jamiyah NU, dan beliau juga adalah Bapak Bangsa,” ujarnya.

Dia menyebut, kontribusi KH Hasyim Asy’ari sebagai deklarator dan penyeru Resolusi Jihad pada 22 September 1945, menjadi motor utama pada pertempuran 10 November di Surabaya yang kelak ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. “Ini tidak terbantahkan, dan alhamdulillah, saat ini pun sudah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional yang jatuh setiap 22 September,” kata pria yang akrab disapa Gus Ahad itu.

Sesungguhnya, lanjut dia, hilangnya nama dan peran KH Hasyim Asy’ari tersebut hanya sebuah langkah yang lebih dekat ke politik. “Silakan, bagi orang-orang yang tidak senang atas jasa beliau, tidak ada masalah bagi KH Hasyim Asy’ari dan para pendukungnya. Beliau tetap harum, tetap abadi di hati kami semua,” ujarnya.

Namun sebagai sebuah bangsa yang tidak melupakan sejarah, sewajarnya agar Kamus Sejarah Indonesia tersebut ditarik peredarannya untuk kemudian direvisi dan dimunculkan kembali nama dan peran KH Hasyim Asy’ari.
“Semoga dengan momentum ini umat menjadi bangkit kembali dan semakin peka bahwa ada upaya-upaya yang terus dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan eksisnya para ulama, santri, pesantren dan umat Islam secara umum,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button