PURWAKARTA

Lia Yulindaria Mendadak Tenar

Lia Yulindaria

PURWAKARTA, RAKA – Sosok Lia Yulindaria menjadi perbincangan di dunia pendidikan Purwakarta akhir-akhir ini. Mendapat apresiasi sebagai guru Inspiratif Nasional menjadi kebanggan tersendiri, khususnya untuk dunia pendidikan di Kabupaten Purwakarta.

Saat memilih menjadi seorang guru, dalam hal ini guru honorer, Lia sudah menyiapkan diri untuk tidak berharap banyak di sisi nominal penghasilan dari profesi tersebut. “Saya harus rela digaji di bawah standar UMR bahkan rela terima gaji per triwulan. Tapi, saya menganggap profesi ini adalah profesi mulia. Sebab, pada profesi ini terdapat proses pembelajaran, sehingga terjadi perbaikan pada gaya dan pola pikir pribadi saya sendiri,” terangnya, Selasa (03/12).

Lia berharap, lewat profesi tersebut dirinya mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijak. Kecintaannya pada guru membuat Lia tetap bertahan melewati berbagai kondisi terburuk. Honor minim tidak menjadi halangan untuk berkreasi. “Sering kali honor tidak pernah saya rasakan. Habis untuk bahan saya berkreasi. Bahkan, biasanya kreatifitas saya melebihi budget honor saya. Tapi, alhamdulillah, ada saja rezeki lain yang Allah beri. Itulah barangkali sebagian dari faedah sedekah. Allah akan ganti dengan rezeki yang lebih besar,” paparnya.

Ia juga menceritakan saat melakukan refleksi di Hari Pendidikan Nasional yang merupakan momentum refleksi perjalanan pendidikan Indonesia. Begitu juga menjadi momentum refleksi perjalanan karir dirinya. Di tahun 2008, dalam rangkaian refleksi itu, Lia melihat kinerja keguruanlah yang menjadi perhatiannya. “Semua hal selain sistem pendidikan, anak didik, orang tua, dan para pemangku kepentingan kerap kali menghiasi pemikiran saya. Saya ingin sekali membuat perubahan yang berarti dalam sistem pendidikan terutama di kelas dan atau sekolah saya,” imbuhnya.

Tentang kerja sama gurulah yang menjadi perhatian utama Lia saat itu. Adalah kedisiplinan dan makna keberadaan para guru yang lebih disorotinya. “Saya pun membuat kolaborasi guru di sekolah melalui Colaboration Learning Community. Program ini mengusung keberadaan guru yang harus bekerjasama demi menghasilkan karya terbaik, terutama dalam proses pembelajaran, saling mengingatkan dan saling menguatkan, menurunkan sisi senioritas, dan membangun serta meningkatkan kompetensi guru melalui pembelajaran guru mandiri, tanpa harus menunggu pelatihan guru yang kadang tidak menjaring guru-guru honor dan terkadang harus meninggalkan kebersamaan kita dengan siswanya. Semua pada akhirnya akan meningkatkan kualitas guru secara keseluruhan dan otomatis meningkatkan juga kualitas sekolah secara bertahap,” jelasnya. (ris)

Related Articles

Back to top button