Pasar Rebo tak Diurus Pemda

PURWAKARTA, RAKA – Penanganan kebersihan Pasar Rebo sejak beberapa tahun terakhir belum diakomodir oleh pemerintah daerah. Saat ini, penanganan kebersihan pasar dikelola oleh Ikatan Warga Pasar (Iwapa).
Ketua Iwapa H Zaenal Muttaqin mengatakan, pengelolaan Pasar Rebo dilakukan pihaknya sejak adanya relokasi Pasar Rebo ke Pasar Simpang pada kisaran tahun 2013 lalu.
Namun, relokasi tersebut hanya memindahkan beberapa pedagang saja ke Pasar Simpang, jumlah pedagang yang masih tersisa di Pasar Rebo sekitar 800 orang. “Sampah dikelola oleh Iwapa, karena pemerintah menarik diri. Dulu kan masih ada polemik perpindahan pasar, sementara pedagang menolak diusir, lalu pengelolaan kebersihannya terbengkalai,” jelas Zainal, kepada Radar Karawang, Selasa (7/5).
Ia juga menjelaskan, pengelolaan sampah dilakukan oleh Iwapa setelah ada rapat dengan para pedagang. Dikarenakan, dulu tak ada penanganan dari pemerintah, selama 3 hari sampah dibiarkan menumpuk. “Dari musyawarah supaya dikelola dengan catatan harus mengambil biaya iuran dari pedagang. Kalau pada saat itu, kisaran Rp1000 untuk pengelolaan sampah per hari. Termasuk iuran anggota,” jelasnya.
Seluruh pengurus Iwapa, tambah Zainal, tidak mengambil gaji dari iuran. Hanya saja, iuran tersebut diperuntukan untuk kebersihan dan keamanan, selebihnya di luar itu untuk santunan ketika ada kematian atau ketika ada anggota yang sakit termasuk jika ada kegiatan insidental seperti membantu korban bencana alam. “Jadi selain uang kas itu ada aliran kemasyarakatan untuk sosial dan kemanusiaan,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini pengelolaan kebersihan bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk pengangkutan sampah, sementara petugas kebersihannya Iwapa yang menyidakan. “Kalau di pasar lain kan ada UPTD-nya, disini tidak ada, jadi memang kita yang mengakomodir,” jelasnya.
Sementara salah seorang pedagang yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan, untuk iuran kebersihan dirinya harus mengeluarkan Rp3.000 perhari. “Ada iuran kebersihan tiga ribu rupiah, disini tak ada pengelola dari pemerintah, jadi kami harus membayar biaya kebersihan,” jelasnya.
Ia juga berharap, ada pemerintah mengakomodir Pasar Rebo sehingga lebih terurus. “Di Pasar Senen (Leuwipanjang) misalnya, sekarang kan jadi rapi dan lebih bersih, karena ada UPTD yang menaungi, disini kan gak ada,” paparnya.
Yeni (22), salah seorang pembeli asal Kelurahan Nagri Tengah berharap, Pasar Rebo ada perbaikan. “Ya harapannya sih ada perbaikan, karena di Pasar Rebo gak semua tempatnya bagus, beda sama Pasar Simpang atau Pasar Senen, apalagi kalau hujan. Tapi karena penjual disini lebih banyak dan beraneka ragam, kita tetap dateng ke sini,” pungkasnya. (ris)