Pandemi COvid-19, Kulit Pisang Jadi Kerupuk
PASARKAN PRODUK : Perajim kerupuk kulit pisang saat menyusun produk yang siap dipasarkan.
PURWAKARTA, RAKA – Pandemi Covid-19 yang sudah mewabah sejak awal 2020 lalu, berdampak pada menurunya ekonomi masyarakat. Inovasi dan kreasi pun dibutuhkan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar bisa menghasilkan prodak yang bernilai ekonomis.
Seperti halnya yang dilakukan pelaku UMKM di Purwakarta. Pasangan suami istri yang tinggal di Komplek Griya Asri, Kecamatan Purwakarta, Putri Aprilia (29) dan Ari Hidayat (30) itu membuat terobosan dengan memproduksi cemilan kerupuk kulit. Tapi, kerupuk kulit ini bukan dari kulit hewan melainkan kulit pisang. Putri menyebut usahanya itu berawal saat suaminya di-PHK dari pekerjaannya di salahsatu perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan otomotif. “Awalnya itu suami diberhentikan di pekerjaannya dan kami bingung mau melakukan apa, hingga akhirnya kami terpikirkan untuk mengolah limbah kulit pisang yang saat itu ramai penjual pisang tanduk,” ujarnya saat ditemui di tempat produksi, Senin (16/11).
Bermodal Rp250 ribu, pasutri itu memulai usaha pengolahan kerupuk kulit pisang ini. Dia memilih untuk mengolah kulit pisang lantaran memang kulit pisang bisa dikonsumsi. “Saya sih pertama mencari usaha yang enggak banyak mengeluarkan modal dan saya ingin menjadi pioner. Akhirnya, karena banyak lihat UMKM pisang hampir 85 persen di Purwakarta berbahan dasar pisang, seperti bolu, kripik, hingga lainnya, saya memilih mengolah kerupuk pisang,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Putri, pemasaran kerupuk kulit pisang ini telah menyebar di hampir 60 persen wilayah Jawa Barat, mulai penitipan ke outlet dan swalayan hingga pada sistem penyaluran. Tahun depan pun, Putri berencana memasukan produksi kerupuk kulit pisang ini ke minimarket, seperti Indomaret dan Borma. “Kerupuk kulit pisang kami ini punya tiga varian rasa, di antaranya original, jagung manis, dan balado,” katanya.
Sementara, terkait pembuatan kerupuk kulit pisang ini, Putri menjelaskan kulit-kulit pisang yang telah dia kumpulkan semuanya dihancurkan dan dicampurkan bahan adonan lainnya hingga menjadi berbentuk seperti dodol. “Pembuatannya termasuk penjemuran memakan waktu sekitar 5 jam. Best seller kerupuk kulit pisang kami itu ialah yang varian balado hingga meraup (omzet) Rp30 juta bulan ini,” ujarnya.
Putri mengaku usaha olahan kulit pisangnya ini sempat mengalami kegagalan saat pertama membuatnya dahulu. Butuh waktu enam bulan, kata Putri, untuk akhirnya mereka dapat menemukan formula yang tepat dalam membuat kerupuk kulit pisang. “Enam bulan itu kami trial error. Setelah itu alhamdulillah orang pada suka dan penjualannya pun banyak. Awalnya saya biasa jual ke teman-teman UKM serta ketika ada perkumpulan-perkumpulan,” katanya.
Kerupuk kulit pisang yang diberinama Kulpis ini waktu pertama penjualan dihargai Rp8 ribu tetapi sekarang sudah berjalan dua tahun sudah naik harganya menjadi Rp15 ribu untuk ukuran kemasan 105 gram. “Sehari itu kami bisa produksi sebanyak 50 kilogram. Tetapi, sekarang berhenti produksi karena cuaca musim hujan dan kami produksi banyak itu saat musim kemarau,” katanya.
Putri mengaku memiliki sebanyak 11 orang pegawai dengan membagi menjadi dua shif. Saat ini di musim hujan, Putri fokus untuk menghabiskan stok yang tersedia sampai Desember. Selanjutnya, pada 2021, dia berkeinginan untuk menembus pasar warung-warung dengan membuat kemasan yang lebih terjangkau, misalnya kemasan ciki. “Sekarang kami sudah kirim ke berbagai wilayah, seperti Cianjur, Bogor, Cirebon, hingga Bandung. Lalu, ada juga ke Pekanbaru dan Padang. Kalau luar negeri kami sudah kirim ke Malaysia, sedangkan Kanada, Filipina, dan Arab Saudi baru sebatas ada penawaran,” ujarnya yang mengaku kini omzet bersih yang didapatkan mencapai Rp20 sampai RP25 juta. (gan)