Pengidap HIV AIDS di Purwakarta Meningkat
PURWAKARTA, RAKA – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Purwakarta mencatat 574 jumlah temuan orang dengan HIV/AIDS di Kabupaten Purwakarta. Data itu akumulasi dari tahun 2013 sampai tahun 2018.
Pengelola Program di Komisi Pengelolaan AIDS Kabupaten Purwakarta Wahyu Yulhaidir mengatakan, temuan paling rendah di tahun 2013 ada 79 kasus, namun di 2018 meningkat hingga 194. “Kalau tahun sekarang sampai dengan Agustus 2019, ada 94 temuan kasus baru, data tersebut dari Rumah Sakit Bayu Asih. Tahun 2018 Purwakarta menempati posisi ke 11 se-Jawa Barat,” ungkap Wahyu di Kantor KPA, Selasa (03/12).
Wahyu mengaku, secara program, pihaknya dinilai berhasil untuk mengidentifikasi kasus baru. Ditambahkannya, rata-rata umur ODHA di Kabupaten Purwakarta berada di usia produktif, antara umur 17 sampai dengan 60 tahun. “Faktor risiko penularan paling tinggi dari lelaki seks lelaki (LSL) paling banyak didominasi yakni 59 persen, pekerja seks 10 persen, lain-lain 7 persen, pelanggan seks 11 persen, dan pasangan 8 persen,” imbuhnya.
Kader KPA, lanjutnya, mendampingi anak yang terpapar dari orang tuanya dinyatakan positif HIV. “Ada 5 pasangan, yang dampingan oleh kader,” jelasnya.
Dalam menanggulangi HIV/AIDS, pihaknya juga menerapkan program penanggulangan prioritas cakupan pelayanan komprehensif diantaranya dengan perluasan jumlah dan kualitas layanan, tenaga kesehatan terlatih, konselor dan penjangkau. “Yang paling penting ialah konsep perubahan perilaku, melalui pendekatan agama dan pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS bagi masyarakat,” paparnya.
Diketahui, ODHA harus mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) seumur hidup untuk mengendalikan virus yang ada di dalam tubuhnya. Di Kabupaten Purwakarta sendiri obat ARV tersebut ada di Rumah Sakit Bayu Asih. “Bila ODHA rutin minum ARV, bisa mengecek jumlah virusnya melalui viral load, bertujuan untuk mengetahui jumlah virus sampai pada virus itu undetectable tak terlihat jumlah virusnya bagi yang sudah konsumsi ARV lebih satu tahun. Obat ARV gratis dari pemerintah,” paparnya.
Di samping itu, papar Wahyu, target program pengendalian Kemekes sampai tahun 2030 yaitu tri zero, zero infeksi HIV, zero kematian akibat AIDS dan zero stigma dan diskriminasi bagi ODHA. “Ada 20 Puskesmas setiap kecematan bisa tes HIV gratis dan empat rumah sakit diantaranya RS Ramahadi, Bayu Asih, RS Amira, dan RS Siloam,” terangnya.
Sementara, Aris Mawardi, manager program Yayasan Resik yang khusus menanggulangi HIV/AIDS mengatakan, stigma di masyarakat masih ada dan partisipasi masyarakat dianggap kurang.
Untuk itu, pihaknya gencar melakukan sosialisasi guna menambah wawasan masyarakat tentang HIV/AIDS serta melakukan penanggulangan AIDS berbasis masyarakat. “Diharapkan warga peduli AIDS (WPA) bisa jadi garda terdepan untuk menjangkau, menemukan dan mendampigi HIV/AIDS,” pungkasnya. (ris)