PURWAKARTA

Penyaluran Tenaga Akuntan Memble

Akademisi Purwakarta
H. Vitra Yozie Chaniago

PURWAKARTA, RAKA – Perkembangan akuntansi di Purwakarta saat ini belum menggembirakan, dengan kata lain masih tertinggal jika dibandingkan dengan Kabupaten Subang apalagi Karawang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Kantor Jasa Akuntansi yang ada di Purwakarta baru ada satu.

“Akuntansi dan bisnis tidak dapat dipisahkan, tanpa akuntansi maka bisnis akan bisu dan tidak dapat dibaca atau dilihat perkembangannya. Entitas usaha di Purwakarta saat ini tumbuh bak cendawan sehabis hujan, namun mereka kesulitan dalam mengelola administrasi keuangannya, dan ini adalah peluang emas bagi para tenaga terampil akuntansi,” terang akademisi Purwakarta Dr. H. Vitra Yozie Chaniago, SE., ME., Ak., CA, Senin (19/08).

Dijelaskannya, lembaga pendidikan akuntansi baik formal maupun non formal berlomba meluluskan tenaga akuntansi baru yang mumpuni untuk mengisi jabatan strategis dalam bidang akuntansi. “Selama ini jabatan ini dipegang oleh para lulusan akuntansi dari kampus lain di luar Purwakarta seperti Jakarta, Bandung dan Karawang,” tambahnya.

Masalah lain saat ini adalah Purwakarta kekurangan Kantor Akuntan Publik yang telah terdaftar resmi. Purwakarta baru mampu menelorkan para sarjana baru bidang akuntansi, padahal entitas usaha malah memerlukan auditor indipenden dalam memeriksa laporan keuangannya. “Auditor ini hanya ada di KAP yang telah terdaftar resmi di Kementerian Keuangan,” ujar pria peraih cumlaude Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Padjajaran Bandung.

Ia juga menjelaskan, soal perkembangan teknologi informasi turut mempengaruhi dunia akuntansi, praktek akuntansi manual yang banyak menghabiskan waktu sudah mulai ditinggalkan. Berbagai macam software akuntansi mulai dari yang sederhana hingga yang memiliki fungsi perhitunagn akuntansi yang kompleks tersedia untuk digunakan dalam membantu penyusunan laporan keuangan secara efektif dan efisien. “Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi stakeholder Purwakarta dalam menghadapi masa depan, khususnya dalam menyediakan tenaga terampil dalam bidang akuntansi,” jelasnya.

Lulusan sarjana akuntansi baru dari kampus-kampus di Purwakarta haruslah menjadi tuan di daerahnya sendiri. Disamping itu, semua lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah selalu ingin mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam audit laporan keuangannya, termasuk juga Pemerintahan Daerah Purwakarta. “Opini WTP ini hanya bisa diberikan oleh auditor indipenden,” ungkap Dosen yang meraih gelar Doktor Akuntasi satu-satunya di Purwakarta.

Lebih lanjut ia mengatakan, perkembangan teknologi informasi saat ini dapat juga menjadi ancaman bagi tenaga akuntansi, untuk itu para tenaga akuntansi harus mempersiapkan diri agar tidak tergilas oleh teknologi. “Pekerjaan teknis akuntansi saat ini sudah dilakukan secara komputerisasi dan otomatis mengurangi tenaga manusia. Kondisi ini diperparah bahwa pada tahun 2024 Indonesia akan mengalami tahun bonus demografi, dimana tenaga produktif di Indonesia mencapai puncaknya, sehingga persaingan akan menjadi suatu keharusan,” pungkasnya. (ris)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button