PURWAKARTA

Peuyeum Bendul, Makanan Legendaris Masih Eksis

TERSENDAT TAPI EKSIS: Cici (31), perajin peuyeum Bendul di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, mengolah singkong menjadi tape. Sebelum pandemi melanda, ia masih mampu memproduksi dua ton tape. Namun kini hanya mampu satu kuintal saja. Meski begitu, usahanya tetap berjalan.

PURWAKARTA, RAKA – Kampung Bendul yang terletak di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, terkenal sebagai pusat oleh-oleh olahan tape. Peuyeum Bendul.
Banyak yang belum tahu, bagaimana membuat bahan dasar makanan colenak itu. Kali ini, Cici (31), perajin tape asal Kampung Bendul, berbagi cerita. Pria ini, dalam kesehariannya bergelut dengan memproduksi tape Bendul dari pagi hingga menjelang sore hari. Ia memang satu dari sekian banyak produsen tape Bendul.

Cici menuturkan, dirinya menggeluti usaha pembuatan tape sejak 10 tahun terakhir. Ia mengawali mengolah dengan membeli bahan baku singkong dari petani yang tak jauh dari rumahnya.
Satu per satu singkong dikupas kulitnya, kemudian dagingnya dicuci hingga bersih. Singkong lalu dimasukkan ke dalam drum untuk proses perebusan di atas perapian menggunakan kayu bakar selama satu jam

Jika singkong telah mengambang, harus segera diangkat karena sudah matang. Selanjutnya masuk proses berikutnya, yaitu pendinginan. Cici biasa melakukan proses pendinginan dengan cara singkong dibiarkan terurai begitu saja di tempat khusus pendinginan yang menyerupai meja selama 30 menit.

“Kalau sudah dingin, tape kemudian ditaburi ragi, lalu dikemas ke dalam keranjang yang beralaskan daun pisang. Tape kemudian dikirim ke para pelanggan,” ujarnya, Minggu (11/7)

.
Ia menambahkan, jika semua proses sudah selesai, maka tape akan matang dengan sendirinya di tempat penjualan. “Saya jual tape Rp5.000 per kilogram,” jelasnya.

Diakuinya, tape yang diproduksinya memiliki ciri khas yang menjadi daya tarik pembeli. Selain kenyal, tape ini juga rasanya berbeda dengan tape lain. Sebab singkong yang menjadi bahan dasar tape Bendul berkualitas baik. “Selain rasa, yang membedakan tape Bendul dengan yang lain adalah ujung pada bagian atas ada cupatinya (hanya dikupas sedikit di bagian pangkal dan ujung),” imbuh Cici.

Tape Bendul merupakan makanan khas Purwakarta sejak dulu. Sebagian besar masyarakar di kampung tersebut memproduksi tape. Bahkan sudah menjadi usaha turun temurun sejak puluhan tahun lalu yang hinga kini masih bertahan.
Namun omzet para perajin tape saat ini sedang mengalami penurunan akibat dampak pandemi Covid-19.

“Sebelum pandemi Covid-19, bisa memproduksi tape mencapai 2 ton. Namun sekarang paling banyak 1 kuintal. Bahkan pada momen Lebaran Idul Fitri kemarin hanya mampu produksi 3 sampai 4 kuintal,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button