Uncategorized

Pemdes Pusing Soal Data Warga Miskin

Iyos Rosita

CILAMAYA WETAN, RAKA – Meskipun di tengah wabah Covid-19, masyarakat sedikit terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah melalui beberapa instansi. Namun, bagi pengelola distribusi bantuan tersebut, khususnya pihak desa, dibuat pusing terutama soal pendataan.

Bagaimana tidak membuat pusing kades, ketika calon penerima sudah meninggal, namanya masih ada di dalam daftar penerima. Selain itu, tak sedikit data atau nama penerima yang dobel. Hal itu diduga, akibat dari pemerintah yang lebih mengacu kepada data lama yang belum di verifikasi.

Seperti yang diungkapkan salah satu kepala desa di Kecamatan Cilamaya Wetan, Iyos Rosita. Kepala Desa Muara itu merasa heran dengan data yang ia terima. Pasalnya, meskipun data baru sudah diajukan, pihaknya masih menerima data lama yang belum di verifikasi.

Padahal, kata Iyos, seharusnya pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat lebih mendahulukan pendataaan sosial kemasyarakatan daripada daftar pemilih.
Karena pendataan sosial kemasyarakatan ini untuk jangka panjang bagi masyarakat. Terlebih saat ini, banyaknya bantuan untuk memperingan masyarakat terdampak Covid-19.

Iyos merasa heran ketika pendataan untuk DPT Pilkada itu, tim pendataanya dianggarkan KPUD.
Berbeda dengan pendataan untuk penerima bantuan, selama bertahun-tahun pemkab tak pernah ada inisiatif untuk melakukan pendataan sosial, apalagi sampai dianggarkan di APBD. “Mana yang mampu, mana yang tidak harusnya didata rutin. Karena hasil pendataan ini untuk jangka panjang,” ujarnya.

Saran Iyos, minimal dalam lima tahun sekali, pemkab bisa melakukan pendataan sosial di semua sektor, baik itu penduduk miskin yang layak dapat bantuan, atau mereka yang tidak layak menerima. “Kalau rutin dilakukan pendataan, setiap kali turun bantuan itu tidak ruwet seperti saat ini,” katanya.

Adapun masalahnya, ia menduga pemkab lebih dominan menganggarkan verifikasi hasil pilkada ketimpangan melakukan pendataan sosial kasyarakatan. “Pendataan untuk orang miskin dan tidak miskin, lebih banyak dilakukan sukarelawan. Padahal hal ini untuk keperluan jangka panjang,” pungkasnya. (rok)

Related Articles

Back to top button