Simulasi Pemilu di Desa Tanjungsari
PURWAKARTA, RAKA – Mantapkan persiapan pemilu 2019, KPU Purwakarta menggelar simulasi pemungutan dan penghitungan suara untuk Pemilu Serentak 2019 di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pondok Salam. Di desa tersebut, tepatnya di TPS 13 Purwakarta dipilih KPU Purwakarta menjadi tempat simulasi pemilu sebab wilayah Purwakarta masuk pada segmen pemilih pedesaan.
Ketua KPU Purwakarta, Ahmad Ikhsan Faturahman mengatakan, simulasi yang digelar saat ini adalah uji coba dan contoh bagi wilayahnya nanti. “Kebetulan Kabupaten Purwakarta segmennya pedesaan. Karena dari 17 kecamatan di Purwakarta lebih banyak wilayah pedesaannya, salah satunya di sini,” kata Ahmad, ditemui sejumlah awak media di sela kegiatan simulasi pemungutan dan penghitungan suara pemilu serentak 2019, Sabtu (23/3) lalu.
Dia menyebutkan, tidak hanya Kabupaten Purwakarta yang masuk pada segmen pemilih pedesaan. Adapun daerah lainnya di Jawa Barat, memiliki segmentasi pemilihnya masing-masing.
Dengan tagline Akur Sauyunan, KPU Provinsi Jawa Barat yang menentukan segmentasi pemilih di setiap kota kabupatennya.
Diketahui, segmen-segmen tersebut yaitu segmen pemilih perkotaan, pedesaan, perbatasan, industri, nelayan, mahasiswa, dan marjinal. Ahmad menjelaskan pada segmentasi wilayah yang termasuk pada segmen pemilih pedesaan tersebut. “Dibandingkan dengan segmen perbatasan, para pemilih mulai datang ke TPS jam 10an, tapi kalau segmen pedesaan jam 10 sudah penuh. Bahkan sudah antre dari tadi, saat dibuka pukul 07.00 WIB, jadi hampir kewalahan juga, partisipasi dan antusiasmenya sangat luar biasa,” ucapnya.
Segmen pemilih di TPS 13 ini, kata Ahmad, memiliki dominasi oleh pemilih lansia, meski kaum milenial dan pemilih pada usia produktif pun ada. Antusiasme pun datang dari para pemilih lansia tersebut, sejak pagi mereka telah antre di depan tenda simulasi pemungutan suara.
Bahkan, Ahmad mengatakan, banyak dari para pemilih lansia itu menganggap sangat serius simulasi yang dihelatnya ini. Beberapa bertanya pada petugas KPU tentang para calon pemilu serentak 2019 dan surat suara yang memiliki bentukan berbeda. “Mereka bertanya kenapa pasangan capresnya 05 dan 06, tapikan itu sebagai contoh, simulasi. Tapi mereka menganggap ini sebuah keseriusan, bahwa seolah-olah mereka sedang mencoblos, itu salah satu indikator antusiasme masyarakat di sini,” ujar dia menjelaskan.
Usai simulasi pemungutan dan penghitungan suara selesai, pihaknya pun akan mengkaji dan mengevaluasi hasil simulasi di TPS 13.
Hal itu berguna agar pada saat hari pemungutan suara 17 April 2019, KPU Purwakarta maupun petugas KPPS memiliki gambaran alur dan proses pemilihan. Bahkan akan merencanakan antisipasi untuk masalah-masalah yang timbul pada saat simulasi tersebut. “Akan evaluasi, karena di sini hadir juga perwakilan PPK di seluruh kecamatan. Setelah simulasi selesai, itu akan menjadi case untuk dibawa ke masing-masing kecamatan kemudian dibahas ke internal PPK,” pungkasnya. (gan)