PURWAKARTA, RAKA – Merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan sapi dan kerbau di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, berdampak terhadap aktivitas jual beli hewan ternak di Pasar Hewan Ciwareng, Purwakarta pada Senin (6/1).
Hal itu meresahkan para peternak dan pedagang, selain berdampak terhadap penjualan, PMK juga berdampak buruk pada kesehatan hewan hingga mengakibatkan kematian.
Salah seorang pedagang sapi, Halim mengeluhkan kondisi yang tengah terjadi. Merebaknya wabah PMK menjadikan aktivitas jual beli ternak di Pasar Hewan Ciwareng turun drastis.
“Ya mengeluh, jadi sepi dari pembeli sama sapinya juga sedikit. Biasanya ini selalu rame,” kata Halim saat ditanyai kondisi penjualan, Senin (6/1).
Halim mengatakan, merebaknya PMK pada hewan ternak sapi menjadikan sapi milik peternak banyak mengalami kematian sehingga merugikan para petani.
“Gara-gara penyakit itu sapi yang dari luar pas dibawa ke sini sakit, terus pada mati. Pokoknya kerugian ada yang sampai 200 juta, 170 juta,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Diskanak Purwakarta, Wini Karmila tidak menampik atas wabah PMK yang sedang merebak.
Ia menyebut bahwa pihaknya telah menerima informasi perihal wabah PMK dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sejak 27 Desember 2024 lalu
Baca Juga : Pupuk Subsidi Mulai Disebar ke Kios
“Kami langsung berkoordinasi dengan Balai Veteriner Subang dan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan,” ujarnya.
Wini menjelaskan, adapun langkah awal pencegahan yang dilakukan meliputi pemasangan poster edukasi di Pasar Hewan Ciwareng, serta pelaksanaan desinfeksi pada (30/12/2024) lalu.
Selain itu, pihaknya juga telah menerima surat imbauan dari pemerintah pusat pada (3/1) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran PMK.
“Kami telah melakukan vaksinasi tahun lalu. Namun, karena vaksin baru belum tersedia tahun ini, kami menggantinya dengan pemberian vitamin untuk meningkatkan imunitas ternak lokal,” bebernya.
Wini menekankan, pentingnya terdapat pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan ternak untuk memutus mata rantai wabah tersebut. Dalam dua minggu terakhir, tidak ada ternak dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang masuk ke Purwakarta.
“Hewan yang datang dari Lampung juga harus melalui pemeriksaan ketat di Bogor sebelum diteruskan ke Purwakarta,” ujarnya.
Wini menambahkan, PMK disebabkan oleh virus yang sangat menular. Gejalanya meliputi pincang akibat luka pada kuku, luka di mulut atau gusi, serta penurunan kondisi fisik secara drastis.
“Infeksi parah dapat merusak organ dalam seperti paru-paru, usus, dan hati dalam waktu kurang dari tujuh hari,” tambahnya.
Wini mengimbau masyarakat untuk segera melapor ke Diskanak jika menemukan ternak dengan gejala PMK dan melakukan karantina selama 14 hari. (yat)