#KamiAntiKomunis Pancasila Tetap Sakti
KOTABARU, RAKA – Darah itu merah jenderal. Ungkapan dalam satu adegan film Pengkhianatan G30S/PKI itu begitu miris, karena dibarengi dengan adegan penyiksaan para jenderal oleh tentara merah. Para siswa yang melihat tayangan itupun sebagian berteriak. Sebagian lainnya menatap tajam. Terlihat raut wajah mereka begitu geram melihat aksi keji anggota PKI di area Lubang Buaya tahun 1965 yang difilmkan oleh Arifin C. Noer.
Cuplikan itu bagian dari rentetan acara seminar bertema “Penghianatan G30S PKI. Komunis Dalam Perspektif Islam dan Pancasila” yang digelar SMK TI Muhammadiyah Cikampek di Aula Ahmad Dahlan bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, Senin (1/10) kemarin.
Tidak hanya cuplikan film, seminar tersebut juga menayangkan film dokumenter tragedi kelam tahun 1965, serta pemaparan narasumber yang juga staf pengajar di sekolah tersebut.
Seorang narasumber, Edi Supriadi yang juga guru Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, itu menyampaikan pandangan Islam terhadap komunisme yang berkembang di Indonesia. Menurutnya, ideologi komunis sangat bertentangan dengan Islam. Satu aspek yang sangat terlihat adalah cara pandang filsafat komunisme terhadap keberadaan Tuhan. “Komunis adalah ideologi, benar adanya. Namun ide dasar Marxisme–komunisme adalah filsafat materialisme (serba materi). Bagi orang-orang komunis, agama adalah candu. Jelas hal itu sangat bertentangan dengan Islam, yang menegaskan bahwa Allah itu ada,” ungkapnya di hadapan ratusan siswa.
Ia melanjutkan, komunisme juga mengajarkan tentang pertentangan kelas antara si kaya dan si miskin. Hal itu rentan terhadap permusuhan dan perpecahan. Padahal menurutnya, solusi dari persoalan si miskin dan si kaya tertuang dalam Alquran, yaitu si kaya berkewajiban membantu si miskin. “Islam solusi dari masalah sosial. Dan diselesaikan dengan cara damai. Berbeda dengan komunis yang menyelesaikan pertentangan kelas tersebut dengan gerakan anarkis,” tandasnya.
Ketiga, kata Edi, komunis menghapuskan kepemilikan pribadi. Namun dia melihat di beberapa negara komunis, justru yang menikmati penghapusan kepemilikan pribadi adalah penguasa negara tersebut. Dia mencontohkan Korea Utara. “Masyarakat Korea Utara dilarang memiliki mobil. Tapi pejabat tingginya justru bepergian menggunakan mobil. Ini tidak adil,” tandasnya.
Mendengar pemahaman tersebut, para siswa jadi lebih mengerti kenapa komunis dilarang di Indonesia. Menurut Rian (17) siswa kelas XII TPMI 3, selain memahami jahatnya gerakan komunis pada tahun 1965, dia menjadi tahu jika ajaran komunis jauh dari kodrat manusia. “Wajar kalau komunis dilarang di Indonesia. Selain antituhan, ajarannya juga sangat tidak manusiawi. Kami anti komunis,” tuturnya.
Sementara Ahmad Rifai (17) siswa kelas XII TKR 1 mengatakan, berdasarkan sejarah yang pernah dipelajarinya, PKI adalah orang-orang yang melakukan pembantaian terhadap jenderal jendral di Indonesia. “Iya tahu, tentang pembantaian jenderal dan tentara di Indonesia. Udah pernah belajar sih waktu SMP tapi udah lupa. Sekarang menjadi lebih mengerti,” ujarnya.
Kepala SMK TI Muhammadiyah Cikampek Dede Setiabudhi mengatakan, acara seminar ini sudah diagendakan beberapa hari lalu. Konsepnya berbeda dengan tahun lalu. “Tahun lalu hanya pemutaran film saja, itu tidak terlalu efektif. Sekarang kita bikin seminar agar para siswa lebih memahami bahayanya gerakan komunis,” ujarnya. (cr2)