TETAP IKHLAS: Ustad Cecep, warga Cikampek Utara, Kecamatan Kotabaru, tetap bersahaja meski harus menunggu satu tahun lagi agar bisa berhaji.
Sudah Dapat Batik, Disimpan Buat Tahun Depan
KOTABARU, RAKA – Corona menjadi batu ujian bagi jamaah haji yang dijadwalkan berangkat tahun ini. Pasalnya, gara-gara virus impor dari Tiongkok itu, mereka harus menerima kenyataan pahit setelah pemerintah tidak memberangkatkan jemaah haji tahun ini. Pilihannya dua, bersabar hingga tahun depan atau mengambil uang yang sudah dibayarkan.
Hal inipun menimpa warga Perumahan Permata Regensi Nomor 87 RT 02 RW 15, Desa Cikampek Utara, Kecamatan Kotabaru, Cecep (54). Lelaki yang kesehariannya berjualan di warung sederhana itu, mengaku ikhlas dengan keputusan pemerintah tersebut. “Belum ada nasibnya, jadwal pemberangkatan haji diundur tahun depan,” ujar Cecep yang kerap dipanggil ustad kepada Radar Karawang, Senin (7/6).
Ia mengaku cukup lama menunggu antrean ke Tanah Suci, yaitu delapan tahun. Agar bisa membayar ongkos haji Rp35 juta, dia pun menabung sedikit demi sedikit dari hasil berjualan. Meski begitu, Cecep tidak berniat untuk memilih mengambil uang yang sudah dibayarkannya. “Tidak bakalan diambil lagi, soalnya saya ingin sekali menjalankan ibadah haji,” katanya.
Menurut Cecep, dia sudah memiliki pakaian batik khas jemaah haji Indonesia dan kain ihram. Dua pakaian itu akan dia simpan baik-baik, agar saat berangkat nanti masih bisa digunakan. “Walaupun sudah menunggu delapan tahun untuk menunggu berangkat haji, tapi pada jadwal pemberangkatan harus diundur. Saya menerima dengan ikhlas, soalnya kondisi saat sedang corona. Mudah-Mudah tahun depan bisa berangkat ke tanah suci,” tuturnya.
Menurutnya jika mempunyai niat yang tulus, maka akan dimudahkan dalam segala sesuatu. Buktinya, walaupun hanya membuka usaha warung kecil-kecilan di rumah, dia bisa melunasi untuk berangkat ke Tanah Suci. “Rajin menabung, berusaha dan berdoa. Alhamdulillah saya bisa melunasi pembayaran untuk menunaikan ibadah haji,” pungkasnya. (acu)