Harga Cabai Rawit Tembus Rp100.000
PEDAS : Pedagang cabai saat mewadahi capai yang sudah dipesan oleh pembeli.
PURWAKARTA, RAKA – Harga Cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta kian melonjak. Bahkan kini sudah tembus Rp100 ribu per kilogramnya.
Seperti terpantau di Pasar Baru Citeko, Kecamatan Plered. Para pedagang sayuran mengatakan, kian hari harga komuditas cabai terus merangkak naik. Salah seorang pedagang sayuran di pasar tersebut, Piat (37) mengatakan, harga cabai rawit merah terus naik dari awal harga awal Rp40.000 sampai Rp80.0000 kini tembus Rp100.000 per kilogramnya.
Sementara harga bawang putih yang semula Rp24.000 naik menjadi Rp32.000 per kilogram, dan bawang merah Rp24.000 menjadi Rp32.000 per kilogram. “Iya tiap hari terus naik harganya,” ujar Piat, kepada Radar Karawang, ditemui di lapak jualnya di Pasar Citeko Plered, Minggu (19/1).
Pedagang yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha jual sayuran itu pun menjelaskan, tidak hanya cabai rawit merah, cabai merah dan cabai merah keriting juga mengalami hal serupa. “Cabai merah dan cabai merah keriting saat ini Rp80.000, naik dari harga sebelumnya Rp28.000 per kilogram,” katanya.
Meski begitu, dirinya menjelaskan, tingginya harga tak berpengaruh besar terhadap penjualan. Sebagai antisipasi, ia mengaku tak begitu banyak menyetok barang tersebut. “Kebanyakan yang beli pelanggan biasa yang datang mereka pun sudah tahu harganya naik sejak beberapa minggu terakhir,” katanya.
Sementara belum lama ini, Kepala Bidang Perdagangan Purwakarta, Wita Gusrianita menjelaskan, kenaikan harga komoditas tersebut memang sering terjadi setiap tahunnya. “Setiap tahun seperti itu apalagi masuk musim hujan. Jadi, dari faktor produksi komoditasnya sedikit. Nanti akan stabil lagi harga cabai ketika lewati musim hujan ke kisaran harga Rp30-40 ribu,” ujar Wita di kantornya.
Faktor kenaikan harga, Wita menyebut disebabkan dua faktor, yakni produksi dan distribusi. Sehingga, kenaikan harga cabai saat ini dirasakan Wita masih sangat wajar karena faktor alam. “Indikatornya itu ketika melihat ke pasar naik dan mengecek ke induk ada perbedaan harga yang tak terlalu tinggi maka faktor produksi, tapi ini produksi aman lancar,” katanya. (gan)