Jangan Pandang Santri Sebelah Mata
PURWAKARTA, RAKA – Ketua Majelis Mudzakarah Santri Purwakarta, Ahmad Anwar Nasihin menyebut santri kini tidak bisa dipandang sebelah mata. “Meski sudah terbukti santri mampu menjadi pemimpin nasional, tetapi santri sekarang harus menguasi sektor kekuasaan di Indonesia, agar lebih besar kontribusinya untuk bangsa,” kata Anwar, di sela upacara peringatan Hari Santri Nasional 2019 di Purwakarta, Selasa (22/10).
Begitu banyak jasa santri untuk bangsa Indinesia, baik sebelum kemerdekaan ataupun sesudah kemerdekaan, santri mempunyai peran strategis untuk kemajuan masyarakat, di samping santri sebagai kader Islam yang mengawal dan menjaga moral bangsa. Santri pun mampu menjadi pemimpin di berbagai tingkatan daerah. “Santri saat ini tidak hanya dipahami sebagai orang yang secara formal belajar agama di pondok pesantren. Santri telah mengalami perluasan makna sebagai sifat yang melekat pada siapa pun yang mengamalkan tradisi santri,” katanya.
Hari ini, santri telah tertransformasi menjadi kekuatan kelas menengah Muslim yang diperhitungkan. Tantangan globalisasi yang makin kompleks saat ini menjadikan nilai-nilai santri menjadi relevan untuk dikembangkan. “Otoritarianisme, ketidakadilan ekonomi, konflik etnis, terorisme, maupun persoalan etika global masih menjadi tantangan-tantangan global pada masa depan,” ujarnya.
Lebih jauh Anwar menjelaskan, berkembangnya gaya hidup yang cenderung konsumtif dan hedonis maupun berkembangnya radikalisme global menuntut peran aktif santri ke depan. Dalam perjalanan sejarahnya, santri telah membuktikan perannya dalam memperkuat karakter bangsa.
Pada masa Orde Baru, walaupun secara politik kaum santri mengalami tindakan represif dari regim berkuasa, kelas menengah santri mengalami perkembangan penting. “Hefner (2000), misalnya, menyimpulkan berkembangnya Civil Islam yang dimotori oleh kelas menengah Islam. Ini ditandai dengan hadirnya kalangan birokrasi dan profesional yang menjadi bagian penting gerakan santrinisasi,” pungkas Anwar Nasihin. (gan)