Luhut Monitor Jatiluhur, Bahas Keranda Apung
PURWAKARTA, RAKA – Kondisi Waduk Jatiluhur menjadi perhatian pemerintah pusat. Dua menteri anak buah Presiden Joko Widodo memantau langsung keberadaan waduk yang terdapat di Purwakarta tersebut.
Dua anak buah Jokowi tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.
Keduanya meninjau progres pelaksanaan Program Percepatan, Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa dalam penanganan Citarum semua sektor harus saling bahu-membahu agar program ini ada kemajuan di setiap harinya. Dikatakannya, hasilnya cukup baik dan ada kemajuan berkat dorongan dari semua pihak, di antaranya gubernur, bupati, staf ahli dan lainnya. “Termasuk Dansektor yang merupakan pahlawan-pahlawan yang tidak diketahui orang,” katanya di lingkungan kantor Jasa Tirta II Jatiluhur, Purwakarta, Selasa (15/3).
Dia juga mengatakan, semua harus ditata dengan baik agar program Citarum Harum dapat mencapai target. Jika ada persoalan maka harus diselesaikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari.
Mengenai keberadaan keramba jaring apung (KJA) menurutnya, bukan tidak boleh, namun harus sesuai dengan daya tampung dari danau itu sendiri. “Lebih dari itu mohon maaf, karena enak di kalian tidak enak ke orang lain. Pengaturan ini harus kita sepakati bersama,” kata Luhut.
Dia juga mengapresiasi kinerja Menteri KKP dalam penanganan ini, memberikan solusi terhadap persoalan yang ada, termasuk juga gubernur dan bupati.
Sementara Menteri KPP Wahyu Sakti Trenggono mengatakan, Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat yang melintasi 12 kabupaten dan kota mulai hulu di Kabupaten Bandung dan muara di Kabupaten Bekasi.
Dia juga mengapresiasi dan mensuport program Citarum Harum di Jawa Barat yang di bawah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. “Kami di KKP sangat mengapresiasi dalam penangan Citarum ini, diharapkan progresnya semakin baik,” ujarnya.
Sementara itu, hasil evaluasi tahun 2022 atau tahun keempat, Sungai Citarum dinyatakan berada di level cemar ringan.
Akhir program Citarum Harum pada 2025 mendatang, kualitas air Sungai Citarum diharapkan mencapai mutu air kelas II dengan Indeks Kualitas Air (IKA) 60 poin.
Pada awal program tahun 2018 lalu, IKA Citarum 33,43 termasuk cemar berat dan sejak 2020-2021 IKA Citarum (50-55) atau cemar ringan. “IKA tersebut dicapai atas 12 program prioritas Citarum Harum,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat sekaligus Ketua Harian Sekretariat PPK DAS Citarum Prima Mayaningtias.
Adapun ke-12 program Citarum Harum yaitu penanganan lahan kritis, penanganan limbah industri, penanganan limbah peternakan, penanganan air limbah domestik, pengelolaan sampah, pengendalian pemanfaatan ruang, pengelolaan sumber daya air dan pariwisata, penanganan keramba jaring apung, penegakan hukum, edukasi dan permberdayaan masyarakat, pengelolaan data informasi dan hubungan masyarakat, serta pengembangan penelitian.
Program Citarum Harum diawali terbitnya Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum yang ditetapkan presiden tanggal 14 Maret 2018 lalu. (gan)