PURWAKARTA

Makam Pendiri Bojong Ramai Dikunjungi Peziarah

PURWAKARTA, RAKA – Di Kampung Tajur, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta terdapat makam-makam yang dikeramatkan. Makam-makam tersebut dipercaya warga sekitar sebagai tempat disemayamkannya beberapa leluhur yang konon disebut sebagai awal peradabannya masyarakat Kecamatan Bojong dan sekitarnya.
Seperti yang diceritakan sang juru kunci makom karomah, Dudung Sutisna (65), berdasarkan keterangan yang didapat secara turun temurun, konon sekitar tahun 1870 masehi atau sekitar awal masa penjajahan Belanda di Batavia, makam yang pertama kali ditemukan dan hingga kini dikeramatkan yaitu makam Eyang Wali Pandita. “Kata leluhur abah seperti itu, awalnya di sini itu cuma ada makom karomah Eyang Wali Pandita, yang ada sekitar tahun 1870,” ucap Bah Dudung.
Namun seiringnya waktu, kata Bah Dudung, makom-makom lain pun ditemukan tak jauh dari makom Eyang Wali Pandita, diantaranya makom Eyang Wali Panembahan, Eyang Wali Bongkot, Eyang Wali Aleisih, Eyang Mayang Santri, Ibu Sepuh Panembahan (istri Eyang Mayang Santri), Syeh Usman asal dari Garut, dan Eyang Wali Sakti yang asalnya dari Banten. Keberadaan adanya makom lain setelah Eyang Wali Pandita, berdasarkan petunjuk dari peziarah yang mengaku masih keturunan Eyang Pandita atau pun yang mengaku mempunyai leluhur yang dimakamkan di tempat tersebut. “Terkadang peziarah yang datang dan menunjukan ada makam lain tak jauh dari Eyang Pandita, setelah dicari ternyata benar,” ujarnya.
Menurutnya, asal muasal Eyang Pandita tidak ada bukti tertulis atau bukti otentik lainnya, namun diakuinya, waktu masa penjajahan Belanda sempat ada buku silsilah tentang Eyang Pandita. Bermaksud untuk mengamankan buku tersebut, leluhurnya kemudian menyimpannya di sebuah masjid. “Namun sayangnya Belanda tahu kalau buku tersebut disimpan di masjid dan akhirnya ditemukan dan dibakar Belanda, sejak itu catatan tentang Eyang Pandita musnah,” jelasnya.
Kini makam keramat tersebut tidak hanya dikeramatkan warga setempat, namun menjadi tujuan ziarah dari warga luar daerah. Selain mengaku masih ada keturunan, juga biasanya menjadi tempat ritual untuk perantara mencapai keinginan. Peziarah banyaknya berasal dari daerah Sumedang, Banten, Karawang atau Subang, tapi warga sekitar Purwakarta juga ada. Dari yang mengaku masih keturunan karomah hingga yang punya maksud tertentu. Dilanjutkan Bah Dudung, peziarah biasanya ramai saat memasuki bulan maulud. Namun di bulan-bulan biasa pun makom karomah tersebut selalu didatangi peziarah. Terlebih percaya atau tidak, segala sesuatu hanya milik Allah. Namun meski begitu manusia diwajibkan berikhtiar. “Apa pun ikhtiarnya kita harus tetap percaya sama Allah, tetap berusaha dan jangan meminta kepada makom itu syirik namanya,” pesan Bah Dudung. (gan)

Related Articles

Back to top button