Rangginang Produk Khas Purwakarta
PURWAKARTA, RAKA – Selain dikenal dengan sejumlah tempat wisatanya, beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta ternyata memiliki produk kuliner khas. Salah satunya di seperti di Desa Gardu, Kecamatan Kiarapedes yang menjadi tempat produksi rangginang.
Salah satu pembuat rangginang asal Desa Gardu, Kecamatan Kiarapedes Hj Neneng Fatimah (44) mengatakan, ranginang adalah camilan khas masyarakat sunda yang terbuat dari beras ketan yang dibumbui dan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. “Untuk proses pengeringan adonan rangginang cukup singkat hanya perlu waktu sekitar dua hari saja. Tapi kalau musim kemarau seperti saat ini, satu hari saja sudah kering dan bisa langsung digoreng,” ujarnya, Senin (2/9).
Menurutnya, untuk rasa, dibuat dengan ditambahkan bumbu penyedap atau pemanis dari gula aren bahkan hingga terasi, tergantung selera. Untuk bahan bakunya pembuatan rangginang dengan menggunakan beras ketan biasa atau ketan hitam. “Bahannya harus ketan karena lebih lengket saat dibentuk menjadi rangginang, ada juga yang terbuat dari nasi biasa bahkan bisa menggunakan tepung singkong itu namanya renggining, hampir sama tapi beda bahan,” jelas Neneng.
Diketahui, sejak tahun 2009 lalu Hj Neneng sudah membuat rangginang dan beberapa makanan ringan lainnya untuk dijual sebagai sumber penghasilan keluarga.
Bahkan tak jarang, rangginang buatannya itu dipesan hingga ke luar daerah seperti Subang, Karawang dan beberapa toko oleh-oleh di luar kota Purwakarta lainnya.
Biasanya pesanan rangginang melonjak saat jelang hari raya dan musim hajatan. “Biasanya ada yang pesan, katanya sih buat dijual lagi di toko-toko seperti di Karawang, Subang tapi seringnya dipesan yang mau hajatan atau menjelang lebaran,” katanya.
Selama ini rangginang dijual ke pedagang oleh oleh dengan keadaan mentah dan tanpa kemasan ataupun merek. Namun melalui kegiatan KPPM yang dilakukan puluhan mahasiswa STIE Wikara Purwakarta di desanya, Hj Neneng mendapatkan ilmu pemasaran hingga pengemasan produk rangginang agar mempunyai daya saing dan nilai jual lebih di pasaran. “Alhamdulilah saat ini sudah dibantu Mahasiswa dari STIE Wikara cara pemasaran dan membuat kemasan hingga mempunyai merek sendiri, jadi rangginang nanti bisa dijual langsung ke toko atau pun pasar lainnya,” katanya.
Lyra Nuraida (21), salah satu mahasiswa STIE Wikara Purwakarta menambahkan, apa yang dilakukannya bersama 20 mahasiswa lainnya di Desa Gardu, Kecamatan Kiarapedes tersebut, sudah menjadi bagian dari program KPPM yang dilaksanakan selama hampir 40 hari lamanya. Lyra berharap, pembinaan terhadap pelaku UMKM dapat membantu dan mendorong perekonomian masyarakat untuk lebih baik lagi. “Sebenarnya pembinaan UMKM sudah menjadi kewajiban kita juga dari mahasiswa yang kebetulan sedang melaksanakan KPPM di Desa Gardu ini, mudah-mudahan dengan cara kita membantu pelaku UMKM pembuat rangginang ini, ke depan usahanya lebih maju dan meningkatkan perekonomiannya juga terlebih rangginangnya sudah dikemas dan diberi merek, insyaalah punya daya saing jual di pasaran,” jelas Lyra. (gan)