KWT Kenanga Produksi Jamu dan Kerupuk, Omzet Rp23 Juta Perbulan

JEMUR KERUPUK: Ibu-ibu binaan KWT kenangan jemur kerupuk sebelum digoreng.
BANYUSARI, RAKA- Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari pada tahun 2017 termasuk desa rawan pangan. Namun kini memiliki Kelompok Wanita Tani (KWT) yang memproduksi beberapa produk makanan dan minuman.
Jubaedah, ketua Kelompok Wani Tani Kenanga Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari mengatakan, bahwa dulu desanya termasuk desa rawan pangan karena memang belum ada UMKM ataupun masih banyak rumah-rumah yang tidak ada sanitasinya. “Dulu pas masuk desa rawan pangan banyak para pejabat yang datang kemari, agar bisa keluar dari zona rawan pangan,” katanya, Kamis (14/10).
Ia pun menuturkan, bahwa sebelum ada program CSR dari Pertamina Gas dirinya ditunjuk sebagai ketua KWT sempat kebingungan, karena terlalu banyak konsep dan masukan membuat UMKM produk yang akan dicetaknya apa. “Akhirnya terpilih lah dua produk, yakni produk minuman sereh dan kunyit serta kerupuk kencur,” tambah perempuan yang berprofesi tukang jamu ini.
Jubaedah menuturkan, bahwa sebelum ada program CSR dari Pertamina Gas, produksi kerupuk dan minumannya tidak terlalu banyak. Namun setelah ada program CSR dari Pertamina Gas ada peningkatan produksi. “Sekarang produksi perhari itu 100 bungkus untuk kerupuk dan 125 botol untuk jamu,” tutur perempuan berjilbab ini.
Dari penjualan kerupuk dan jamu, total pendapatan KWT Kenanga mencapai Rp23 juta lebih terdiri dari Rp14 juta untuk kerupuk serta Rp9,6 juta untuk penjualan jamu. Anggota KWT Kenanga hanya 13 orang. “Tiap orang perhari emak-emak anggota KWT Kenanga digaji Rp30 ribu sampai Rp35 ribu dari jam kerja jam 8-12 siang,” paparnya.
Sementara itu, Teguh, perwakilan Pertamina Gas mengungkapkan, bahwa Pertamina Gas dalam memberdayakan KWT Kenanga ini memberikan beberapa bantuan fasilitas untuk alat pembuatan kerupuk dan jamu. “Saat ini, kami rencananya sedang memasang panel surya supaya bisa mengurangi kos produksi serta ramah lingkungan,” pungkasnya. (cr8)