KARAWANG

Ribuan Remaja Putri Derita Anemia

KARAWANG, RAKA – Dinas Kesehatan Karawang telah melakukan screaning untuk siswa kelas 7 dan 10 di sekolah-sekolah yang ada di Karawang. Dari sasaran 29.553, kita periksa 27.452 orang, sebanyak 38 persen remaja putri menderita anemia.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Karawang Nurmala Hasanah menyampaikan, jumlah remaja putri yang menderita anemia di tahun 2023 sebanyak 38 persen dari jumlah remaja putri yang telah diperiksa. Saat ini untuk sasaran tahun 2024 akan diketahui pada Juli mendatang. “Kita di tahun 2023 screaning kelas 7 dan 10 dari sasaran 29.553, kita periksa 27.452 kurang lebih 92,09 persen remaja putri di dapatkan 38 persennya anemia. Alhamdulillah ada penurunan dibandingkan tahun 2022. Sasaran di tahun 2024 belum diketahui karena untuk kelas 7 dan 10 akan masuk di bulan Juli,” ujarnya, Kamis (1/2).
Masih terdapat beberapa puskesmas yang mempunyai jumlah penderita anemia tinggi di Karawang. Tidak hanya itu ada juga puskesmas yang memiliki penyakit anemia di bawah 50 persen. “Tablet tambah darah sesuai dengan permintaan dari sasaran teman-teman puskesmas. Per anak diwajibkan satu Minggu satu tablet. Kita belum mempunyai data per desa, tapi kita dapatkan data per puskesmas. Tahun ini kita sedang memetakan pasien berdasarkan tempat tinggal yang ada di kartu keluarga. Puskemas Anggadita, Curug, Wanakerta, Karawang itu yang di atas 50 persen anemianya. Di angka 48 persen itu di Puskesmas Bayurlor, Telukjambe, Rengasdengklok, Tirtajaya, Pakisjaya,” tambahnya.
Veronica Maulana, Kepala Puskesmas Wanakerta mengungkapkan hanya ada sebanyak 466 remaja putri yang mengkonsumsi tablet tambah darah secara lengkap. Jumlah remaja putri di wilayah kerja puskesmas itu sebanyak 1.680 orang. “Kita sekarang program besarnya itu mengurangi stunting, pengurangan stunting itu tidak bisa dari anak saja tapi dimulai dari saat masih remaja. Kami di Puskesmas Wanakerta mempunyai sasaran 1.680 remaja putri. Ternyata remaja putri sekarang itu, gaya hidup itu sangat mempengaruhi. Akhirnya pemerintah membantu dengan pemberian tablet tambah darah. Dari 1.680 tapi yang mengkonsumsi hanya 1.084 orang dan untuk yang mengkonsumsi secara komplit itu hanya 27,74 persen atau 466 orang,” ungkapnya.
Jumlah remaja putri yang menderita anemia berdasarkan hasil screaning sebanyak 550 orang. Data ini terbagi dari penderita anemia ringan sebanyak 254 remaja putri. Kemudian tingkat sedang sebanyak 285 dan berat sebanyak 11 orang. “Sekitar 588 orang mengkonsumsi tapi tidak lengkap, mereka konsumsi hanya ketika datang bulan saja. Anemia di kita ada 550 orang atau setara dengan ketidakdisiplinan remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah. Anemia ringan ada 254 orang, sedang 285 dan yang berat itu 11 orang. Untuk penderita anemia berat ini punya hemoglobin di bawah 8 gram desiliter. Mereka langsung kita intervensi dengan pemberian olahraga dan mengkonsumsi makanan yang bergizi,” lanjutnya.
Penanganan bagi remaja yang menderita anemia berat melibatkan guru UKS, psikologis dan guru BK. Hal ini dikarenakan salah satu faktor penyebab terjadi anemia oleh adanya rasa cemas yang tinggi. Puskesmas ini pun telah membuka konsultasi gizi di setiap Rabu. “Pemantauan kita lakukan melalui guru UKS di masing-masing sekolah. Anak yang menderita anemia berat itu berkaitan dengan ekonomi keluarga. Penyebab lainnya dari gaya hidup dan mempunyai rasa cemas yang tinggi. Kami menggunakan pendekatan secara psikologis dan melibatkan guru BK untuk memberikan penanganan kepada mereka. Kami membuka konsultasi gizi setiap Rabu, guru UKS di sekolah akan mengantarkan siswanya. Akan kita lakukan screaning ulang, kebanyakan anemia berat itu harus di rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan. Anemia ringan kita edukasi tapi untuk yang sedang kita lebih memastikan konsumsi tablet tambah darah. Anemia sedang akan diberikan tablet tambah darah setiap hari,” tutupnya. (nad)

Related Articles

Back to top button