
radarkarawang.id – Siapa sangka, di balik sorot mata tenang dan postur tegapnya hari ini, tersimpan kisah dramatis penuh gejolak dari seorang remaja bernama Romeo Chellini Alvian.
Siswa SMAN 1 Rengasdengklok itu kini masuk dalam jajaran calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2025 tingkat Kabupaten Karawang. Namun, perjalanan menuju kehormatan itu tidaklah mudah, bahkan terjal dan kelam.
Baca Juga : DPPKB Buka Layanan KB di Lingkungan Perusahaan
Kilas balik ke tahun 2023, saat Romeo masih duduk di bangku SMP, ia bukanlah sosok teladan seperti sekarang.
Justru sebaliknya, namanya kerap menjadi momok di lingkungan sekolah. Terlibat dalam berbagai aksi tawuran antarpelajar, ia dikenal sebagai anak “liar” yang sulit diatur.
“Kalau ditanya berapa kali ikut tawuran, sendiri udah lupa. Banyak banget,” ucapnya diiringi gelak tawa yang terdengar ringan, namun menyiratkan penyesalan mendalam atas masa lalu yang penuh kekacauan. wawancara via telepon, Senin (12/5).
Puncaknya, pihak SMPN 1 Kutawaluya tempat ia bersekolah waktu itu, memutuskan untuk mengeluarkannya. Keputusan yang mengejutkan sekaligus menjadi titik balik dalam hidup Romeo.
Label sebagai “siswa bermasalah” membuatnya kesulitan mencari sekolah baru. Penolakan demi penolakan ia terima, hingga akhirnya, sebuah pintu terbuka di SMP Islam Al-Furqon.
Di sekolah berbasis religius dan disiplin itulah Romeo mulai mengenal dunia yang berbeda. Ia dipaksa untuk merefleksikan hidupnya dan perlahan menemukan arah baru.
Titik perubahan paling penting datang saat ia mengikuti Program Barak Militer dari Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang, program pelatihan disiplin dan pembinaan karakter untuk siswa yang dianggap bermasalah.
Tonton Juga : DEMI INUL, RELA PINDAH AGAMA
“Awalnya saya pikir bakal nginep di hotel, ternyata malah dibawa ke Loji dan digembleng pelatih militer,” kenangnya sambil tertawa malu.
Tiga hari ia menjalani pelatihan keras di tengah hutan. Bangun dini hari, dan mengikuti instruksi tanpa banyak tanya semua perlahan membentuk ulang sikap dan cara berpikirnya.
Dari seorang remaja pembangkang, Romeo mulai belajar apa itu tanggung jawab, kedisiplinan, dan arti masa depan.
Kini, Romeo Chellini Alvian bukan lagi sosok yang dikenang karena kekacauan, tapi menjadi simbol perubahan dan harapan.
Ia berdiri tegap, bersiap menjalani tugas mulia sebagai calon pengibar bendera pada momen sakral HUT RI ke-80 di Karawang.
“Saya nggak nyangka bisa sampai di titik ini. Dulu saya pikir masa depan saya udah selesai. Tapi ternyata, Tuhan kasih saya kesempatan kedua,” katanya pelan.
Kisah Romeo menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa tak ada masa lalu yang terlalu kelam untuk diubah, selama ada tekad dan kesempatan.
Dan bagi Romeo, setiap langkahnya di lapangan upacara nanti bukan hanya demi Merah Putih, tapi juga sebagai penebusan dan pembuktian bahwa setiap anak bisa berubah, selama diberi ruang dan kepercayaan.(uty)