Perangkat Desa Harus Niatkan Ngabdi

PURWASARI, RAKA – Bergerak di lembaga kemasyarakatan harus berangkat dengan niat pengabdian, bukan mencari materil. Sebab jika sebaliknya apapun yang dilakukan tidak akan berjalan lancar dan tidak fokus. “Uang mah bonus, jadi tujuannya jangan uang dulu, bukan saya sok benar, semua orang pasti butuh uang, tapi ini untuk menjaga hati dulu,” ucap tokoh Desa Darawolong Agus Faisal (45), Jumat (14/2).
Agus sapaan akrabnya, merupakan warga asli Kampung Tengah, Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. Meski demikian, ia yang merupakan sarjana kehutanan Universitas Jambi ini aktif di bidang sosial kemasyarakatan. Tak tanggung-tanggung, 4 jabatan dipercayakan kepadanya di 4 lembaga yang berbeda.
Saat ini, ia merupakan ketua kelompok tani Karang Nugraha sejak 2013 lalu. Ia juga sebagai wakil ketua Karang Taruna Kecamatan Purwasari sejak 2015. Selain itu juga aktif di paguyuban Purwasari Bersatu (Puber) selaku penasihat sejak 2018. Terakhir, jabatan ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Darawolong juga merupakan tanggung jawabnya selama 2 periode ini, tepatnya sejak 2014 lalu. “Ya insentif dari BPD gak mungkin cukup untuk bulanan, jadi memang dari awal harus sudah ikhlas,” ucapnya.
Ayah dari 3 anak ini mengaku sebenarnya cukup direpotkan dengan berbagai tanggung jawab yang diembannya. Namun ia sadar, manusia sejatinya mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan saling membutuhkan. Karena itu ia mencoba untuk sebisa mungkin memberi banyak manfaat bagi orang lain, keaktifannya inilah cara yang ia ambil. “Saya dulu SMA dan kuliah di Jambi, sudah kenyang diurusin orang, itu yang membentuk jiwa sosail saat kita sadar kita kuga butuh orang lain,” ujarnya.
Sedikit diceritakannya, tugas BPD pada dasarnya adalah sebagai mediator dan penyeimbang antara masyarakat dengan aparatur desa. BPD lah yang mendampingi masyaratak dalam setiap musyawarah pembangunan (musrembang) mulai dari tingkat RT sampai desa, guna memastikan apa yang menjadi aspirasi masyarakat tersampaikan. BPD juga yang mengawasi anggaran desa, memastikan setiap pembangunan benar-benar terrealisasikan dan sampai kepada masyarakat.
Keterlibatannya di kelompok tani sudah tentu terkait dengan pekerjaan, tapi keterlibatannya di Puber betolak dari keprihatinan terhadap keadaan sosial masyarakat.
Ia melihat budaya Sunda saat ini mulai luntur terutama di kalangan muda. Budaya ini bukan hanya tentang kesenian, tapi juga nilai-nilai seperti pola pikir dan etika. “Jadi di Puber itu tua muda berbaur, tujuannya memang untuk mengangkat kembali budaya Sunda,” terangnya.
Masyarakat Desa Darawolong mulai ada peningkatan kesejahteraan, hal ini terlihat dari berkurangnya angka warga miskin setiap tahunnya. Tapi masih ada yang diharapkan oleh Agus terhadap masyarakat di desanya, yakni kesadaran akan hukum. “Marilah kita sadar hukum, dari diri kita sendiri, kalau kita sadar hukum bentuk apapun kita akan menjadi orang yang baik,” pungkasnya. (cr5)