RSUD Siapkan Ruangan Khusus Caleg Stres
PURWAKARTA, RAKA – Ruangan khusus telah disediakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Kabupaten Purwakarta bagi calon legislatif yang terkena gangguan jiwa. Satu ruangan khusus itu dilengkapi dengan tiga bed.
Selain fasilitas tersebut, rumah sakit pemerintah yang beralamat di Jalan Veteran, Kelurahan Nagri Kaler itu juga, siagakan dua dokter spesialis kejiwaan.
Direktur Utama RSUD Bayu Asih Purwakarta, Agung Darwis Suriatmadja, mengatakan, saat ini situasi politik menjelang pemilu, baik itu pemilihan legislatif maupun presiden kian memanas. Karenanya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, RSUD menyiapkan fasilitas khusus jika ada caleg yang mengalami gangguan jiwa baik sebelum atau setelah pemilu. “Karena, memang prosedurnya seperti itu, setiap rumah sakit apalagi RSUD harus menyiapkan fasilitas khusus,” ujar Agung, kepada awak media, akhir pekan lalu.
Menurutnya, di Bayu Asih ada ruangan khusus berikut dengan tim medisnya. Bahkan, jika kewalahan RSUD juga sudah bekerja sama dengan RSJ Bandung.
Akan tetapi, lanjut Agung, berdasarkan pengalaman pada pemilu sebelumnya, di Purwakarta tidak ada kejadian caleg yang mengalami gangguan mental pasca pencoblosan. Baik, caleg yang terpilih maupun yang kalah. “Tapi yang konsultasi dengan psikiater banyak,” tambahnya.
Agung mengatakan, sangat manusiawi, jika caleg yang kalah mengalami gangguan emosional. Terlebih bila dalam proses pencalegan itu, harta benda mereka habis. Biasanya, ini yang menjadi pemicu meningkatkan konsultasi dengan psikiater. “Di pemilu 17 April 2019 mendatang, kami berharap tidak ada caleg yang stres akibat kalah,” ujarnya.
Terpisah, salah satu caleg dapil Purwakarta IV dari Partai Gerindra, Asep Kurniawan mengatakan, ia percaya bahwa keluarga memiliki peran dengan menghibur dan menasihati caleg yang gagal terpilih pada pemilu. Sehingga dapat mencegah kemungkinan depresi berat bagi caleg yang bersangkutan.
Pria yang biasa disapa Kang Fapet itu menyampaikan, tidak perlu dikhawatirkan caleg yang gagal terpilih akan menderita depresi, karena masih ada keluarga dan kelompok masyarakat terdekat yang mampu membantu mencegah timbulnya depresi. “Jika caleg yang gagal itu memiliki mental pertahanan diri yang kuat, maka mereka akan menghadapi kegagalan itu dengan tenang dan tidak sampai pada stres dan depresi, karena sebelumnya sudah terbiasa mendapat tekanan, dan selanjutnya akan memulai perencaan program baru,” katanya.
Lebih jauh ia mengatakan, dapat dipastikan, tidak semua caleg itu menang. Pasti lebih banyak yang kalah. Tidak tertutup kemungkinan, ada dari antara para caleg yang kalah menjadi jatuh sakit karena depresi dan stres berat akibat besarnya biaya kampanye yang telah dikeluarkan semasa kampanye. “Dalam politik khususnya pileg, untuk menjadi orang yang kalah pun harus mengeluarkan uang, apalagi yang ingin menang,” tuturnya.
Tak bisa dipungkiri juga, terutama bagi caleg yang baru terjun di dunia politik yang belum bisa menerima kekalahan atau bahkan kemenangan. Karena kemenangan juga cukup berimplikasi pada perubahan sikap. “Maka jika menderita stres dan gejala depresi, seperti susah tidur, tidak nafsu makan, selalu menyendiri dan menjadi pemarah, maka perlu segera memeriksakan ke dokter ahli jiwa (psikiater) terdekat,” pungkasnya. (gan)