Rumah Dinas Disulap jadi Ruang Kelas
JADI RUANG KELAS: Rumah dinas SDN Wadas 4 dijadikan ruang kelas. Hal ini dilakukan, karena sekolah ini kekurangan kelas untuk menampung seluruh siswanya.
- Banyak Sekolah Dasar Kurang Ruangan
TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Banyak Sekolah dasar (SD) di Kecamatan Telukjambe Timur kekurangan ruang kelas. Kondisi ini memaksa sekolah menerapkan sistem shift untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Salah satu sekolah yang menerapkan sistem shift di Telukjambe Timur adalah SDN Wadas 4. Sistem, tersebut diberlakukan kepada siswa kelas 5 dan siswa kelas 3 dengan jam belajar jam 12 siang sampai jam 4 sore. “Kasihan anak-anak kalau masuk siang,” ungkap Tatan Abdul Rozak, guru SDN Wadas 4, Selasa (22/10).
Menurutnya, sistem shift tersebut sudah berlangsung selama 12 tahun. Penambahan ruang kelas yang dibutuhkan sebanyak 4 kelas untuk menampung 12 rombel di sekolahnya. Saat ini, SDN Wadas 4 hanya memiliki delapan ruang kelas itupun dua di antaranya memanfaatkan rumah dinas yang direnovasi menjadi ruang kelas. “Kalau tambah empat kelas aja, belajar pagi semua. Itu mah terserah mau dari APBD atau CSR,” ungkap Tatan lagi.
Ia menambahkan, sudah ada rencana penambahan kelas sejak kepengurusan kepala sekolah sebelumnya di tahun 2016. Namun saat ini belum direalisasikan, padahal sempat ada pengukuran tanah untuk rencana penambahan ruang kelas tersebut. “Alhamdulillah ada bantuan dari CSR perusahaan untuk renovasi kelas. Ada juga ruang kelas baru dari dana alokasi khusus (DAK) pemerintah pusat melalui pemda, tapi itu untuk anak berkebutuhan khusus,” jelasnya.
Kepala Koordinator Wilayah Kecamatan Bidang Pendidikan (Korwilcambidik) Telukjambe Timur Undang Sukarta mengatakan, saat ini di wilayahnya terdapat 40 SD terdiri dari 26 SD negeri dan 14 SD swasta serta 81 lembaga pendidikan nonformal seperti PAUD, TK dan TKQ. Menurutnya, permasalahan saat ini adalah Telukjambe Timur merupakan daerah perkotaan dengan jumlah siswanya yang banyak, namun ruang kelas tidak memadai. “Siswanya banyak, rombelnya banyak, tapi ruang kelas sedikit,” bebernya, saat ditemui di kantornya, kemarin.
Kondisi tersebut memaksa beberapa sekolah di Telukjambe Timur menerapkan sistem shift untuk kegiatan KBM, meskipun dalam aturannya hal tersebut tidak diperbolehkan. “Tapi kalau sudah di lapangan kan bagaimana, mau tidak mau ada dobel shift.” bebernya lagi.
Meski demikian, lanjutnya, hanya setengah dari seluruh SD di Telukjambe Timur yang menerapakan sistem shift. Hal tersebut tidak mengganggu proses KBM, sebab yang diterapkan shift adalah kelas 1, 2 dan 3 yang mata pelajarannya relatif lebih sedikit serta jam belajar yang lebih singkat. “Kalau kelas bawah kan satu jam pelajaran tidak 35 menit, tapi 30 menit. Jadi kisaran jam setangah satu sudah pulang, tidak mengganggu waktu belajar mereka di Madarsah,” tuturnya.
Adapun jumlah pasti penambahan ruang kelas yang dibutuhkan untuk menampung siswa, Undang, belum mengidentifikasi hal itu. Namun pengakuannya, saat ini sedang dilakukan sensus fisik ke setiap sekolah atas permintaan Pemda Karawang. Apabila ditemukan selilisih antara jumlah siswa dan ruang kelas yang tidak berimbang, solusinya akan ada penambahan ruang kelas. Untuk penambahan ruang kelas itu sendiri kemungkinan akan dibangun ruang kelas tingkat sebab saat ini sekolah sulit untuk menambah luas lahan. Ia juga menjelaskan, kondisi SD di Telukjambe Timur saat ini bervariasi antara yang bagus, sedang, dan rusak. Namun secara keseluruhan ia mengatakan kondisi sekolah cukup sedang. “Tidak ada yang rusak parah, tidak ada yang sampai nambru,” akunya. (cr5)