Rutilahu Sarimulya Sisa 20 Rumah
KOTABARU, RAKA – Banyaknya warga yang memiliki rumah tidak layak huni (Rutilahu), mendorong Pemerintah Desa Sarimulya bekerja ekstra untuk melakukan upaya pembangunan rutilahu tersebut.
Yuda Nugraha, Sekretaris Desa (Sekdes) Sarimulya menyampaikan, di tahun 2018 lalu, pihaknya telah membangun 12 rutilahu yang ada di desanya. Bahkan saat ini pun, ada satu rutilahu yang sedang dikerjakan yang dibiayai dari dana desa. “Tahun 2018 kami alhamdulillah sudah membangun 12 rutilahu yang ada di Desa Sarimulya,” kata Yuda, kepada Radar Karawang, Rabu (23/1).
12 pembangunan rutilahu tersebut, kata Yuda, dibiayai dari beberapa sumber anggaran. Diantaranya bantuan aspirasi dewan, PUPR dan dana desa. “Dari dana desa 2 termasuk yang sekarang sedang dikerjakan di dusun 3. Anggarannya Rp 50 juta satu rumah,” paparnya.
Ia juga mengatakan, di tahun 2019 juga akan dianggarkan dari dana desa untuk pembangunan rutilahu. Saat ini masih ada beberapa rutilahu di desanya yang perlu dibangun. “Jaling, japak hampir selesai, kemudian banyak permintaan juga dari masyarakat. Masih ada sekitar 20 rumah. Makanya kita akan anggarkan untuk 2 atau 3 rutilahu,” ungkapnya.
Aan Anwarudin, Kepala Dusun 3 mengatakan, rutilahu yang diajukan olehnya ialah rumah Sarmadi, warga RT 13 RW 06. Ia melihat kondisi rumah tersebut yang sudah sangat mengkhawatirkan dan melihat juga penghasilan warganya yang hanya sebagai penjual es keliling. “Saya rasa tepat sasaranlah. Karena saya juga sebelumnya sempat menanyakan kepada pemilik rumah berkaitan dengan tanah. Karena tanah milik sendiri, makanya langsung saya ajukan,” katanya.
Aan menerangkan, 2 rumah yang dibiayai oleh desa berukuran 5×7 meter dengan anggaran Rp50 juta. “Pakai bata merah semua. Sampai dikeramik bahkan. Ini sudah dikerjakan sejak 2 minggu lalu,” katanya.
Sementara Samardi (54), warga yang rumahnya dibangun oleh dana desa mengaku sangat senang dan berterima kasih kepada para pemerintah desa karena telah dibantu membangun rumah. “Alhamdulillah saya sangat berterima kasih sama pak lurah. Ini rezeki dari Allah untuk saya melalui desa,” ungkapnya.
Ia juga mengaku, jika bukan melalui bantuan desa, dengan penghasilan sehari Rp 40 ribu dari hasil berjualan es keliling. Memiliki rumah yang layak, baginya hanyalah impian yang sulit untuk diwujudkan. “Kalau bukan dibangunkan sama desa mungkin saya gak akan bisa bangun sendiri. Penghasilan paling besar hanya Rp40 ribu,” akunya.
Tak hanya rutilahu, lanjut Yuda, sarana kantor desa juga ditambah dengan pembangunan musala yang dibiayai ADD sebesar Rp 40 juta. “Untuk melengkapi sarana dan prasarana di lingkungan kantor desa dan menciptakan suasana yang lebih religius,” ucapnya.
Ia berharap, para perangkat desa bisa lebih mudah dan lebih religius lagi dalam melaksanakan ibadah wajib. “Kalau sudah ada musala di desa kan minimal setiap Dzuhur dan Ashar perangkat desa bisa salat berjamaah,” katanya.
Selain untuk para perangkat desa, lanjur Yuda, mushola tersebut juga untuk sarana ibadah masyarakat sekitar kantor desa. “Masyarakat di sini yang dekat dan tamu juga kan enak. Apalagi kalau sedang ada kegiatan di desa sampai malam. Magribnya kan bisa berjamaah,” tambahnya. (nce)