PURWAKARTA

Rutilahu Terhambat Status Tanah

PURWAKARTA, RAKA – Warga yang tinggal di sebuah gubuk tepatnya di Kelurahan Purwamekar tak pernah mendapatkan bantuan dari Pemkab. Selain rumahnya tak layak huni, mereka juga tinggal bercampur dengan ternaknya berupa empat ekor kambing.

Rumah yang ditempati Suryadi beserta keluarga, dibangun di atas tanah PT Jasa Raharja, hal itu yang mengakibatkan pihak pemerintah daerah tidak bisa memberikan bantuan berupa perbaikan rumah.

Camat Purwakarta Yuddy Herdiana mengatakan, untuk bisa mendapatkan bantuan dari pemkab harus tanah milik pribadi. “Tidak ada kordinasi untuk perbaikan rumah, karena tanahnya pun bukan tanah pribadi, jadi pemkab tidak bisa memberikan bantuan,” terangnya.

Ia juga mengatakan, untuk solusi terkait masalah yang dialami oleh warga Kelurahan Purwamekar tersebut, pihaknya memfasilitasi untuk pemindahan ke rumah susun yang berada di Kelurahan Ciseureuh. “Untuk sementara ada pemindahan ke rumah susun di Kelurahan Ciseurueuh, selama proses perbaikan rumah, karena yang bersangkutan akan merenovasi rumahnya,” terangnya.

Dia juga mengatakan, untuk dana renovasi tersebut tidak melibatkan bantuan dari pemerintah. “Sulit menyerap anggaran, karena yang bersangkutan tidak tinggal di tanah pribadi, itu juga perbaikan dari hasil pribadi keluarga mereka,” imbuhnya.

Suryadi yang merupakan buruh serabutan di pasar Leuwi Panjang itu, mengaku, dirinya tak sanggup mengontrak rumah untuk tempat tinggalnya, jadi hanya bisa tinggal di gubuk reyot tersebut. “Saya paling sehari dapet uang Rp40 sampai Rp50 ribu rupiah saja, jadi buat hidup sehari-hari aja gak cukup kang, apalagi buat ngontrak rumah,” terangnya.

Karena rumahnya jauh dari pemukiman penduduk, lanjutnya, setiap malam dirinya dan keluarga harus melewati tanpa cahaya lampu. “Di sini gak ada listrik kang, ya untuk malam kami hanya mengandalkan lampu yang dipasang dengan batre bekas handphone,” jelasnya.

Selain itu, setiap turun hujan, air akan masuk ke dalam rumah yang memprihatinkan itu. Gubuk reyotnya itu tak memiliki MCK yang layak untuk menunjang kehidupan sehari-hari. “Ya namanya gubuk reyot kang, kalau hujan ya bocor dan air pasti masuk. Untuk MCK kami alakadarnya aja, tapi kalau airnya kami kadang-kadang ngambil di masjid, atau ngambil di sumur yang kami buat untuk menampung air hujan,” pungkasnya. (ris)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button