PURWAKARTA

Sampah Jadi Pupuk Organik

PURWAKARTA, RAKA – Permasalahan sampah seakan tak ada habisnya. Jumlah sampah makin bertambah seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup.

Salah satu solusi terbaik untuk menanggulangi adalah mengelola atau mendaur ulang sampah menjadikan multiguna melalui bank sampah.
Upaya itu pun dilakukan oleh salah seorang warga Perum Grya Asri Kelurahan Ciseureuh, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta, Nono Juarno.

Nono adalah satu di antara masyarakat yang menggagas bank sampah di kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat ini. Atas ke khawatiran semakin maraknya sampah di lingkungan sekitar menjadi salah satu alasan pria berusia 49 tahun itu mendirikan bank sampah. Bank sampah milik Nono bernama Bank Sampah Panulisan. “Bank Sampah Panulisan ini menjadi pendaur ulang sampah di Purwakarta,” ujarnya saat ditemui di lokasi pendaur ulang sampah tak jauh dari rumahnya, Jumat (23/8).

Pada 2010, menjadi titik awal mula Nono terjun mengelola sampah di Kabupaten Purwakarta. Ia mengaku pertama kali mengelola sampah adalah sampah dapur, sisa-sisa makan yang kemudian dikumpulkan. “Setelah itu, ternyata berkembang dan biar kaya kandungan maka harus dipadukan dengan dedaunan. Maka jadilah pupuk organik,” katanya.

Selain pupuk organik, Bank Sampah Panulisan juga mengelola sampah berbahan dasar plastik, sisa botol atau gelas air mineral yang bekerja sama dengan sejumlah kantor pemerintahan dan sekolah di Kabupaten Purwakarta. “Pengelolaan sisa botol air mineral batu ketahap pencacahan, karena hingga ketahap produksi menjadi benda belum tersedia alatnya,” ujarnya.

Tak hanya itu, Bank Sampah Panulisan juga tengah merambah membudidayakan maggot (belatung) sebagai solusi menangani sampah organik.

Maggot merupakan belatung dari black soldier flys (BSF) dengan nama latin hermetia illucens. “BSF termasuk keluarga lalat tapi ukuran lebih besar dari lalat pada umumnya,” ujarnya.

Ia menambahkan, pada tahan pengelolaan sampah ini mengkawinkan lalat kemudian nanti bertelur, dan penetasan di atas sampah sisa-sisa makanan. “Hasil dari penetasan itu dinamai magot yang nantinya memakan sampah, setelah besar magot dapat menjadi pakan burung, ikan atau lainnya. Masa produktif magot sekitar 15 hari,” ujarnya. (gan)

Related Articles

Back to top button