Santri di Plered Belajar Ternak Sapi Limosin
PURWAKARTA, RAKA – Para santri yang belajar di pondok pesantren, kini diajarkan beternak sapi.
Sedikitnya 5 orang santri pondok pesantren di Desa Liunggunung, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, dilibatkan dalam usaha ternak sapi limosin simental.
Program pengelolaan penggemukan sapi limosin simental tersebut mulai berjalan sejak awal 2022 ini. Dari awalnya 24 ekor sapi limosin simental, kini bertambah menjadi 100 ekor.
Sapi dipanen setiap tiga bulan. Sedangkan kandang dibuat khusus yang lokasinya tak jauh dari pondok pesantren. “Selain usaha, kita juga ingin beri pendidikan keahlian kepada santri diantaranya melalui usaha ternak sapi,” kata Pimpinan Ponpes Raudlatut Tarbiyyah Liunggunung KH Ahmad Anwar Nasihin, Kamis (10/3).
Anwar menjelaskan, modal usaha ternak sapi limosin simental diperoleh dari dari kerjasama dengan berbagai pihak diantaranya perbankan. “Kami bekerjasama dengan Bank BJB Purwakarta, apabila benar-benar terukur kita akan mampu mengelola dan menjalankan usaha tersebut,” ucapnya.
Pengurusan 100 ekor sapi langsung dikelola oleh santri yang usianya diatas 21 tahun. Para santri diarahkan untuk mampu mengelola sebuah usaha, dan ini salah satu bentuk pendidikan berkarakter untuk masa depan santri.
“Tetapi walapun santri yang diberikan kepercayaan dan tanggung jawab, sebagai pengasuh pesantren jangan lepas tangan begitu saja, harus ulet membimbing mereka dengan intens,” ungkapnya.
Untuk mengelola 100 ekor sapi, ujar Anwar, tidak memerlukan orang banyak, asal pengurusnya menjiwai sepenuh hati, diyakininya hasilnya baik.
Setiap bulannya bobot sapi terus bertambah kisaran 60 hingga 65 kg. Rata-rata per hari naik 2 kg. Untuk makanannya, selain konsentrat pihaknya menyediakan hijauan dari mulai jerami, rumput gajah dan singkong. “Asal rutin dan sesuai jadwal yang telah ditentukan, soal pemeliharaan kesehatan kita bisa meminta bantuan dinas peternakan setempat, dan harus bereksperimen sendiri pengobatan yang alami,” jelasnya.
Penggemukan sapi selain usaha pemberdayaan pesantren, juga membantu pemerintah soal ketahanan pangan dan swasembada daging. Dikatakannya, masyarakat banyak membutuhkan daging sapi di Jawa Barat, tetapi pasokan daging sapi masih kurang, maka pihaknya melakukan penggemukan sapi.
Untuk pemasarannya, pihaknya bekerjasama dengan salah satu pengusaha muda yang sukses di Jawa barat. walaupun pesantren yang dikelolanya tidak besar, minimal bisa mandiri secara ekonomi, agar tidak terlalu mengandalkan bantuan dan sumbangan orang lain. “Prinsipnya kami bisa berdiri atas kemandirian,” tandasnya.
Dia mengungkapkan, dirinya sendiri bukan sarjana ekonomi, tapi belajar ekonomi dari keberanian memulai usaha yang terukur dan penuh hati hati. “Soal rugi dan untung itu resiko, tetapi kalau usaha jangan sampai rugi,” kata Anwar.
Sebelumnya, Anwar sudah berhasil mengembangkan usaha konveksi hingga mempunyai 90 karyawan tetap. Bahkan hasil produksinya selain dijual di dalam negeri, juga diekspor ke luar negeri. (gan)