PURWAKARTA

Sate Maranggi Kaleng Tembus Eropa

PURWAKARTA, RAKA – Kabupaten Purwakarta memiliki kuliner khas yaitu sate maranggi. Seorang perempuan bernama Lima Herlina sukses membuat olahan makanan sate maranggi dengan kemasan kaleng.
Olahan makanan tradisional buah tangan Lima Herlina bersama sang suami ini sukses tembus ke pasar Eropa,
Turki, Arab Saudi dan di wilayah Asia. Cerita sukses bisnis perempuan akrab disapa Teh Lima, warga Kecamatan Pasawahan, Purwakarta ini bermula berkeinginan membuat makanan tradisional khas Purwakarta sate maranggi bisa bertahan lama. Di waktu bersamaan ada ditawaran dari LIPI Yogyakarta membuat olahan khas Nusantara yang dikemas dengan kaleng. Tawaran itu pun tak disia-siakan untuk memulai usaha dengan mengajukan riset dan pra-riset di Yogyakarta. “Jadi kita diriset dulu di labnya LIPI di pengalengan LIPI Yogyakarta selama satu tahun,” ujar Teh Lima.
Selama proses penelitian di sana berulang kali uji daging sapi berkualitas dicampur dengan bumbu sate yang khas, kemudian di masukan ke dalam kaleng. Setelah berulang kali uji coba hingga pada akhirnya sukses dan memperoleh label dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kuliner hasil olahan Teh Lima dilabeli Sasate Maranggi dengan kemasan kalengan. Hasil kerja kerasnya berhasil temus pasar Eropa, Turki, Arab Saudi dan tentunya di wilayah Asia. Selain dapat tembus pasar dunia, sate kemasan kaleng ini bisa menjadi makanan serbaguna, baik untuk ransum militer, logistik bencana alam, oleh-oleh hingga untuk Hampers Lebaran.
Dalam satu kali produksi, Teh Lima mampu produksi 600 kaleng Sasate Maranggi dengan 200 kilogram daging berkualitas di campur bahan daging lainnya sebagai penggurih, stok itu bisa habis dalam 1-2 bulan. “Satu kaleng Sasate Maranggi dibanderol Rp45 ribu. Masa expire sebetulnya bisa sampai dua tahun, tapi oleh BPOM hanya boleh dicantumkan satu tahun,” kata Teh Lima.
Adapun teknik pengolahan Sasate Maranggi tak jauh berbeda dengan mengolah sate pada umumnya, daging di potong dan dicampur dengan bumbu sate. Karena produksi yang besar sehingga proses pembakarannya tidak menggunakan tusuk, melainkan menggunakan panggangan pembakaran besar, ia tetap menjaga khasnya sate dari bau asap pembakaran. “Sasate Maranggi kalengan ini tanpa bahan pengawet. Diawetkannya dengan cara pemanasan, dengan proses dipanaskan jadi mematikan bakterinya dipanaskan,” ujar Teh Lima. (gan)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button