KARAWANG, RAKA – Selain Jambore Pramuka se-Jawa Barat dua tahun lalu, ayam Ciparage kembali dijadikan maskot dalam Pekan Olahraga Pemda Jawa Barat XIV yang digelar di Karawang.
Ayam lokal kesayangan Adipati Singaperbangsa ini, kembali jadi perbincangan lantaran varietas ayam jenis itu sudah sangat langka dan jarang ditemukan di wilayahnya, seperti Ciparage, Sumurgede dan Manggungjaya Kecamatan Cilamaya Kulon.
Ade Cahya, kuncen makam Adipati Singaperbangsa Karawang mengatakan, jenis ayam ini sudah sangat langka. Tapi, ia berani memastikan ada warga yang masih memilikinya. Hanya saja, akan sangat tertutup dan tidak akan pernah ada yang tahu. Sebab, ayam dengan harga selangit berjalu warna emas ini, cenderung dimistiskan. Kalaupun ada yang punya, jangankan ke orang lain, dengan tetangga saja akan tertutup. “Ayam jenis ini masih ada, tapi sangat langka. Gak tahu siapa yang punya juga akan tertutup,” katanya.
Kades Manggungjaya Kecamatan Cilamaya Kulon, Dedi Embun mengatakan, ayam Ciparage yang legendaris dan jadi maskot Porpemda, sampai saat ini masih ada walaupun tergolong langka. Hanya saja, tidak sembarangan orang yang bisa menemui ayam kesayangan bupati pertama Karawang ini. Kadang-kadang ayam ini tidak menampakan diri saat banyak orang, bahkan mistisnya di komplek makam Singaperbangsa juga sering ada yang mendengar ayam-ayam Ciparage berkokok dengan suara khas yang panjang dan nyaring, tapi saat diperiksa selalu tidak ditemukan. “Ayam itu masih ada, cuma gak sembarang orang bisa melihatnya,” ujarnya.
Kades Sumurgede Yahya Sulaeman mengatakan, Ciparage dulu wilayahnya meliputi Sumurgede, Ciparage, Tempuran dan Manggungjaya. Maka endemik ayam ini tidak akan jauh dari lokasi ini. Memang sulit mencarinya, dan kebanyakan yang punya saja akan menutup. Sebab, anak itiknya saja, kalau ada terjual diharga Rp300 ribu dan kalau sudah dewasa mencapai puluhan juta. Ciri dari ayam Ciparage ini adalah jalu emas, bulu merah emas dan saat beradu dengan veriates ayam apapun tidak pernah terkalahkan. “Harganya mahal kalau ada, tapi sulit ditemui dimananya juga tertutup,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Karawang Cellica Nurachadiana mengatakan, ayam Ciparage masuk di museum sebagai ayam khas asli Indonesia mampu mengalahkan ayam Burma. Mentalnya petarung cepat, tajinya akurat dan gaya beradunya mematikan, bahkan mampu kalahkan lawan yang posturnya lebih besar. Ayam petarung ini juga adalah milik kesayangan Adipati Singaperbangsa. Sehingga, tidak salah jika Karawang sebagai tuan rumah, mengangkat ayam Ciparage ini sebagai maskot. Itu, sebut Cellica, merupakan cerminan masyarakat Karawang yang memiliki mental petarung, pejuang dan berdaya saing. “Sifat petarung, ini menggilhami jadi lambang-lambang masyarakat Karawang yang bermental pejuang dan juga daya saing daerah,” pungkasnya. (rud)