Satu per Satu Kafilah Berguguran
TILAWAH: Seorang peserta tilawah sedang membaca Alquran di hadapan juri Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kabupaten Karawang di Desa Sumurgede, Kecamatan Cilamaya Kulon, Selasa (26/11). Hari ini final terakhir hajat dua tahunan tersebut. Sebanyak 42 peserta akan bertanding menjadi yang terbaik.
CILAMAYA KULON, RAKA – Perhelatan akbar keagamaan dua tahunan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kabupaten Karawang di Desa Sumurgede, Kecamatan Cilamaya Kulon, sudah berlangsung tiga hari. Sesuai jadwal, pengumuman juara sekaligus penutupan akan digelar, Rabu (27/11) malam.
“Dari jumlah 531 peserta secara keseluruhan, yang terdiri dari 297 laki-laki dan 234 perempuan dibagi menjadi 21 grup laki-laki dan 32 grup perempuan. Dengan catatan, saru grup terdiri dari tiga orang,” ujar petugas dari Bagian Kesra Setda Kabupaten Karawang Andi Fumi kepada Radar Karawang, Selasa (26/11).
Pelaksaannya, kata Andi, MTQ Karawang 2019 ini mempertandingkan tujuh cabang lomba. Diantaranya, cabang Tilawah Alquran, Hafidz Alquran, Tafsir Alquran, Fahm Alquran, Syarh Alquran, Khath Alquran. “Peserta yang masuk final belum semua direkap, karena besok masih ada final,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala KUA Kecamatan Cilamaya Wetan Oyo Sunaryo mengatakan, dari 34 peserta Kafilah Kecamatan Cilamaya Wetan, terdapat beberapa peserta yang berhasil masuk final. Bahkan selebihnya sudah diumumkan. Cabang Tahfidz Alquran 30 juz putri, QS dewasa putra, tafsir bahasa Indonesia putra, tafsir bahasa Indonesia putri dan Musabaqoh Fahmil Quran (MFQ). “Cabang MFQ yang dipertandingkan hanya mampu juara kedua. Tahfidz 30 juz putri juara ketiga dan yang lainnya masih menunggu,” terangnya.
Kepala KUA Kecamatan Cilamaya Kulon Jeje Farij Faoji mengatakan, dari semua cabang yang dipertandingkan, terdapat tujuh cabang lomba yang berhasil masuk final. “Alhamdulillah, tujuh yang masuk final,” katanya.
Camat Cilamaya Kulon Basuki Rachmat mengatakan, melihat peserta dari Kafilah Cilamaya Kulon yang tujuh peserta bisa masuk final, itu hal yang membanggakan. Ditambah para pesertanya putra asli Cilamaya Kulon. “Bersyukur tahun ini ada peningkatan, karena sebelumnya kecamatan kita jarang masuk final,” pungkasnya.
Berbeda dengan Kecamatan Telukjambe Timur, mereka masih yakin tembus 10 besar, meski sampai malam kemarin baru dua kafilah yang dipastikan masuk final yakni dari cabang lomba Tilawah kategori cacat tunanetra dan cabang Musabaqoh Makalah Al-Quran (MMQ) putra. “Ya semoga saja ada yang menyusul masuk final, kan belum semua lomba sudah masuk tahap final, ada yang masih penyisihan,” kata Koordinator Kafilah MTQ Telukjambe Timur Didin Sihabudin.
Ia mengatakan, capaian kafilah MTQ Telukjambe Timur tahun ini merosot ketimbang dua tahun sebelumnya. Salah satunya adalah cabang lomba tahfiz 30 juz yang saat itu juara 3, namun saat ini tidak bisa menembus final. Merosotnya capaian tahun ini, tak lepas dari persiapan yang terbilang mendadak, tidak ada pembinaan mendalam terhadap para calon peserta. Menurutnya, mesti ada pembinaan sejak dini oleh LPTQ kecamatan ataupun lembaga keagamaan di lingkungan desa. “Apalagi yang perlu pembinaan khusus, seperti tafsir dan tilawah, itu kan gurunya saja harus benar-benar yang menguasai,” terangnya.
Ia menambahkan, sulitnya menembus babak final juga karena persaingan yang begitu ketat. Ia sendiri tidak begitu yakin dua kafilah yang masuk final, nantinya bisa meraih poin di posisi 3 besar. Meski demikian, dia berharap dalam lomba kaligrafi yang tanpa babak final, ada kafilahnya yang berhasil masuk posisi tiga besar. “Mudah-mudahan saja ada potensi dari yang kita tidak tahu, seperti kaligrafi kan kita kirim empat orang, semoga ada yang masuk tiga besar,” harapnya.
Mengenai pembinaan bibit muda dalam bidang tilawah, dia berharap bupati Karawang menerima usulan dari kepala Kemenag Karawang dalam pembukaan MTQ ke-38. Usulannya agar ada anggaran untuk pembinaan MTQ di tingkat kecamatan. Ia juga berharap MTQ tingkat kecamatan gencar dilaksanakan untuk membina dan mangasah potensi bibit muda. “Saat ini sangat sulit mencari bibit potensial asli putra daerah. Mungkin saja ada, tapi sedang menjadi santri pondok pesantren di luar kota,” ujarnya. (rok/cr5)