Uncategorized

Sayuran Impor Beredar di Pasar Dengklok

RENGASDENGKLOK, RAKA – Pertarungan sayuran impor dan lokal terjadi di Pasar Rengasdengklok. Namun, rasa yang lebih enak, harga lebih murah, membuat sayuran impor tidak diminati oleh warga Rengasdengklok.

Pedagang sayuran yang meminta disebutkan namanya Kumis (51) mengaku lebih memilih wortel, cabai merah dan cabai rawit lokal dibanding impor. “Harganya jauh lebih mahal (impor),” ungkapnya kepada Radar Karawang.

Meski begitu, Kumis mengaku akan memilih barang impor jika selisihnya hanya Rp2 ribu. Sebab kualitas sayuran impor lebih bagus dibanding lokal. “Apalagi kalau musim hujan, impor lebih berkualitas dan terjaga dibanding sayuran lokal,” ujarnya.

Ia melanjutkan, harga worterl impor lebih mahal tiga kali lipat dibanding wortel lokal. “Karena tidak laku banyak barang impor di Pasar Induk Cibitung tidak laku karena harganya mahal,” katanya.

Berbeda dengan Andrian (26), pedagang sayuran yang belanja di Pasar Induk Cikopo mengaku, harga sayuran masih ada yang tinggi, seperti bawang merah yang biasanya Rp20 ribu per kilogram, tapi dua hari ini mencapai Rp40 ribu per kilogram. Namun sekarang turun lagi jadi Rp32 ribu per kilogram. Walaupun harga tinggi tetapi masih banyak yang beli, karena bawang bagian dari kebutuhan sehari-hari. “Beda dengan cabai rawit yang harganya Rp12 ribu,” katanya.

Ia melanjutkan, sayuran impor lainnya adalah bawang bombai dari India lebih murah dibanding bawang lokal. “Bawang lokal disini ngecer sempat Rp40 ribu per kilogram,” jelasnya.

Menurutnya, di Pasar Induk Cikopo banyak barang impor. Namun dia lebih mengambil barang lokal seperti jahe, bawang dan cabai rawit, karena masyarakat lebih terbiasa menggunakan barang lokal. “Disamping
kebiasaan, rasa sayuran lokal juga lebih sedap dan wangi,” katanya.

Bukan hanya sayuran, beras lokal juga masih menjadi andalan. Nengsuryati (30) pedagang beras mengaku peminat beras lokal masih dibilang ramai, hingga setiap hari pembeli mencapai satu ton. “Saya tidak pernah menjual beras impor, karena konsumen lebih suka beras lokal,” katanya.

Hendar (55) pembeli warga Desa Sumerja Pacing Lio Pebayuran mengaku kualitas lokal lebih bagus dari impor, karena barang lokal aromanya lebih sedap. “Barang lokal masih segar, standar, harga juga normal,” katanya. (cr4)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button