SD di Cilamaya Sudah Belajar Tatap Muka
SEKOLAH LAGI: Siswa SDN Tegalwaru 1 belajar di dalam kelas.
CILAMAYA WETAN, RAKA- SDN Tegalwaru 1, Kecamatan Cilamaya Wetan akhirnya bisa menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Meskipun proses izinnya alot, kini siswa sudah bisa kembali lagi belajar di kelas.
Sejak munculnya wabah corona sekitar enam bulan lalu, pembelajaran di sekolah dihentikan dan dialihkan ke rumah menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, PJJ ini dinilai tidak berjalan efektif apalagi untuk siswa SD. Tidak sedikit siswa yang memanfaatkan handphonenya hanya untuk bermain game online. Kondisi ini membuat orang tua mendesak agar pembelajaran dilakukan lagi di sekolah. Meskipun proses izinnya alot, akhirnya SDN Tegalwaru 1 bisa menggelar lagi PTM, Kamis (10/9).
Meskipun sudah memberlakukan pembelajaran tatap muka, bukan berarti siswa setiap hari belajar di sekolah. SDN Tegalwaru 1 memberlakukan shift harian. Dari jadwal yang sudah disusun sekolah, hari Senin misalnya, yang belajar di sekolah hanya kelas satu dan kelas empat, hari selasa kelas dua dan kelas tiga, hari rabu kelas lima dan kelas enam. Dan siswa wajib mengikuti protokol kesehatan selama di sekolah.
Kepala SDN Tegalwaru 1 Ade Fatimah mengatakan, di tengah wabah Covid-19 ini, siswa harus tetap mendapat asupan gizi mengenai pelajaran. Namun untuk menghindari kerumunan, pemerintah membuat kebijakan, agar siswa melaksanakan KBM memanfaatkan smartphone. Namun, setelah proses KBM online diterapkan, tak sedikit siswa yang salah kaprah memanfaatkan smartphone mulai dari main game, berselancar di dunia maya, hingga berkumpul bersama teman hanya untuk main game online dan lainnya. “Lebih aman PTM dengan daring. Siswa bisa terkontrol dalam melakukan sesuatu. Di samping itu, protokol Covid-19 pun bisa terpantau setiap hari, mulai dari cek suhu, cuci tangan dan bisa jaga jarak. Dan PTM ini ideal untuk masa pandemi covid,” ujarnya.
Di samping itu, lanjut Ketua PGRI Kecamatan Cilamaya Wetan ini, kekurangan proses belajar daring banyak siswa atau orang tua siswa yang tidak memiliki handphone android. Sementara yang memiliki handphone android mengeluh untuk membeli kuota. “Yang punya kuota berimbas pada siswa, HP dipakai main game online daripada belajar. Dengan kelompok belajar, siswa malah berkerumun, susah di atur untuk jaga jarak. Sisi lainnya, untuk siswa SD sulit di cari kelebihan daring, kecuali siswa jadi pinter mengoprasikan HP,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang Asep Junaedi mengaku tidak mempersoalkan PTM di SDN Tegalwaru 1. Soalnya, sekolah tersebut dinilai sudah siap dan mendapatkan izin dari tim gugus covid. “Itukan pertama dilihat dari kesiapan sekolah, kalau sudah ok dan sudah ada persetujuan tim gugus covid kecamatan dan orang tua,” terangnya.
Hingga kemarin, lanjutnya, baru SDN Tegalwaru 1 saja yang sudah melapor ke Disdikpora. Tidak menutup kemungkinan, kedepan sekolah lain akan mengikuti. “Pada prinsipnya ketika sekolah sesuai protokoler kesehatan, orang tua mengizinkan dan tim dari kecamatan sudah ok, jadi bisa aja pembelajaran tatap muka. Sambil dipantau terus sambil dievaluasi,” pungkasnya. (mra/rok)