Uncategorized

SDN Mulyajaya 3 Mirip Kandang Kambing

ATAL BOLONG: Sejumlah siswa SDN Mulyajaya 3 Kecamatan Telukjambe Barat sedang belajar di bawah atap yang bolong, kemarin. Sekolah itupun disebut mirip kandang kambing.

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – SDN Mulyajaya 3, Kecamatan Telukjambe Barat, nampak sangat memprihatinkan dengan kondisi ubin yang mengelupas, langit-langit yang berlubang, pintu menganga, dan atap genting ompong. “Bahkan ada yang nyebut seperti kandang kambing,” ungkap Tita Mudrika (46), salah satu guru di SD tersebut, Rabu (15/1).

Tita mengaku selalu was-wasa saat mengajar namun tetap berusaha menikmati keadaannya. Dia khawatir keselamatan anak didiknya yang bisa saja sewaktu-waktu kena imbasnya. Di SDN Mulyajaya saat ini terdapat delapan guru yang mengajar. Sedangkan jumlah murid 94, dan setiap tahun selalu berkurang. “Kemarin saja ada yang keluar dua orang, awalnya kan 96 siswa,” tuturnya.

Selain kondisi bangunan yang rusak, sarana pendukung lainnya juga nampak memprihatinkan. Misalnya dari empat kamar mandi yang ada hanya satu saja yang dapat digunakan bersama oleh guru dan siswa. Buku-buku perpustakaan yang awalnya ditata rapi, kini bertumpuk begitu saja setelah basah akibat terkena bocoran air hujan dari langit-langit. Lebih dari itu, media pembelajaran juga sangat minim padahal guru dituntut menyesuaikan dengan kurikulum 2013.

Tita menjelaskan, rehab bangunan terkahir kali dilakukan pada tahun 2014 pada salah satu bangunan. Namun rehab yang dilakukan tidak rampung dan hanya bagian atap saja, itu pun ada ketidaksesuai antara genting dengan rangka baja ringan, sehingga genting mudah bergeser. Sedangkan satu bangunan lainnya terakhir direhab tahun 2010. “Kalau yang itu rehab keseluruhan, cuma sekarang juga tetap saja bocor semuanya. Jadi kalau hujan tuh kita belajar ke pinggiran,” terangnya.

Guru lainnya Eha Julaeha (44) mengatakan, warga sekitar enggan menyekolahkan anaknya ke SDN Mulyajaya 3 karena kondisi bangunan yang rusak. Namun dia juga menyayangkan sikap masyarakat yuang seolah tak peduli pada kondisi sekolah, padahal mereka kerap menggunakan fasilitas sekolah. Misalnya para pemuda yang kerap bermain voli di lapang sekolah, sampai akhirnya mengakibatkan genting pecah namun tidak bertanggung jawab. Menurutnya masyarakat juga harus perhatian dan bersama-sama merawat sekolah tersebut. “Gak apa-apa dipakai juga, yang penting kalau genting kena bola silakan diperbaiki. Sedangkan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) buat bayar honor saja sudah habis,” ujarnya.

Dia mengeluhkan kurangnya media pembalajaran yang mendukung, bahkan buku-buku kurtilas saja untuk semester genap ini belum ada. Ia berharap pemerintah daerah dapat memberi perhatian lebih, bukan hanya terhadap bangunan sekolah tapi juga sarana penunjang lainnya. Bahkan selama ini masyarakat selalu mewanti untuk tidak belajar di kelas saat hujan, karena takut tertimpa atap bangunan jika roboh. Saat tidak ada kegiatan belajar sekolah, malah nampak seperti bangunan kosong yang tidak digunakan. Terlebih kalau sore banyak kambing berkeliaran. “Kapan ya kita punya sekolah kayak orang lain,” gumamnya.

Pihak sekolah sebetulnya setiap tahun telah mengajukan rehabbilitas kepada dinas terkait, namun nyatanya sampai saat ini belum ada yang direalisasikan. Pengajuan terakhir kali tahun 2019 sebelum tahun ajaran baru. Saat itu kepala sekolah berhasil membujuk Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karawang untuk datang dan mengecek langsung kondisi sekolah. “Sudah ditembus sih ke dinas katanya tahun sekarang 2020, katanya sudah masuk draft, tapi ga tau kapan waktunya. Soalnya kan ini masuknya rehab besar,” pungkasnya. (cr5)

Related Articles

Back to top button