
KARAWANG, RAKA – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Palumbonsari IV menerima satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) jenis autis di kelas 1.
Kepala SDN Palumbonsari IV, Nining mengatakan selain ABK autis, adapula siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis hingga tidak memahami simbol hitungan serta gagap.
“Jadi di tahun ini di SDN Palumbonsari IV salah satu SD yang di masukkan ke dalam sekolah inklusif, ada anak yang berkebutuhan khusus autis di kelas 1. Kemudian selain itu dari kelas 1 sampai 6 ada yang anak memiliki kendala di dalam belajar seperti kesulitan dalam menulis, tidak memahami simbol hitungan dan gagap,” ujarnya Kamis (17/10)
Seluruh staff sekolah telah memperoleh pelatihan di Bulan Agustus lalu tentang persiapan strategi untuk menghadapi ABK. Ia mengaku masih membutuhkan monitoring dan pendampingan dari pemerintah daerah, sejauh ini juga pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih terbatas.
“Di 2 bulan kemarin diberikan pelatihan selama 3 hari dari Gemasik terkait dengan menyiapkan metode dan strategi untuk menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Masih sangat terbatas pengetahuan dan kemampuan tentang cara menangani mereka, karena jumlah peserta didik sangat banyak sehingga tidak bisa secara optimal ditangani dan membutuhkan arahan dari pihak yang berkewenangan,” tambahnya
Bagi ABK tersebut pihak sekolah belum dapat menyiapkan guru pendamping. Meski begitu pihaknya tetap memberikan jam pembelajaran secara privat dari guru wali kelas dengan durasi waktu selama 1 jam
“Sejauh pengamatan saya untuk siswa autis ini perlu ada penanganan khusus, jadi diperlukan guru pendamping. Dia tidak bisa diam saat jam pembelajaran, sementara sistem pendidikan kita klasikal dan tidak memungkinkan guru pendamping karena waktu yang disediakan di sekolah sangat terbatas. Jadi pembelajaran di kelas harus dilakukan secara individual sekitar satu jam,” imbuhnya.
Pembelajaran yang diberikan pun akan disesuaikan dengan keinginan dari ABK. Nining menyampaikan hingga sekarang setiap ada jam pembelajaran di kelas, anak ini selalu berjalan-jalan.
“Disesuaikan dengan mood dan minat siswa pada saat itu. Terkadang dia tidak mau menulis atau membaca hanya mau berhitung saja. Dia tidak mengganggu temannya tapi dia sendiri yang tidak dapat dikondisikan karena tidak bisa fokus dan terus berjalan-jalan di kelas,” terangnya.
Meski mempunyai kekurangan, siswa ini tergolong ke dalam anak yang cerdas di dalam akademik. Ia menyebutkan anak tersebut masih belum dalam berbaur dengan teman lainnya, namun teman sekelasnya masih tetap menerima keberadaan anak itu.
“Anaknya cenderung cerdas, tapi tidak bisa berbaur dengan teman dan tidak bisa diam. Tidak ada permasalahan dari siswa yang lainnya, mereka semua menerima,” lanjutnya.
Ia menjelaskan sistem pembelajaran di sekolah telah menerapkan kurikulum merdeka dengan tujuan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kemampuan siswa. Selain itu setiap awal semester guru selalu memberikan tes awal kepada semua siswa.
“Kami mengimplementasikan kurikulum merdeka, jadi nilai bukan sebuah capaian jadi tingkat pencapaian tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Di awal pembelajaran guru-guru harus melakukan tes awal mulai dari pengetahuan sampai psikomotornya,” tutupnya.(nad)